Jumat 07 Dec 2018 18:16 WIB

Go-Jek Respons Kritik Penetapan Tarif

Penyesuaian tarif dilakukan Go-Jek guna menyesuaikan kondisi pasar.

Driver Go-Jek
Foto: AP
Driver Go-Jek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vice President Corporate Affairs Go-Jek Michael Say mengungkapkan perusahaannya menetapkan struktur layanan tarif dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Termasuk untuk menjaga keberlangsungan industri secara sehat.

"Yang wajib dipahami, struktur tarif yang dimiliki Go-Jek itu dibagi dua, tarif yang dikenakan ke pelanggan dan tarif yang kami bayarkan ke mitra," katanya dalam keterangan yang diterima, Jumat (7/12).

Hal ini diungkapkan Michael untuk membantah ungkapan pihak yang menyebut tarif Go-Jek lebih rendah dibandingkan pemain lain di industri "ride-hailing" Indonesia. "Sebelumnya perlu dipahami bahwa data perbandingan tarif Go-Jek dan pemain lain yang di-publish di beberapa pemberitaan, tidak bisa dibandingkan 'apple to apple'. Apalagi ternyata catatan tarif Go-Jek yang dikutip merupakan tarif per kilometer (km) yang dikenakan ke konsumen dan bukan yang diterima oleh mitra," jelas Michael.

Memang, kata Michael, penyesuaian tarif dilakukan Go-Jek belum lama ini guna menyesuaikan dengan kondisi pasar yang saat ini terindikasi mengarah ke persaingan usaha tidak sehat. "Sehingga dapat terjadi dominasi pasar yang bisa  mengancam keberlangsungan para driver," ungkap Michael.

Padahal bagi Go-Jek, katanya, pendapatan dan kesejahteraaan mitra driver yang berkesinambungan merupakan prioritas. Oleh karena itu, penyesuaian tarif yang dilakukan diiringi berbagai inisiatif untuk menambah jumlah pengguna dan jumlah order bagi para mitra. Demi memastikan keberlangsungan pendapatan para mitra.

Michael memaparkan bahwa setelah penyesuaian tarif, angkanya masih paling tinggi dibandingkan pemain lainnya.

Berdasarkan data dari aplikasi driver yang ditemui di lapangan, argo minimum Go-Jek adalah Rp 10 ribu, sementara Grab Rp 7.000.

Minat driver bergabung dengan Go-Jek terbukti cukup tinggi dan terjadi migrasi dalam jumlah cukup besar dari driver aplikator lainnya yang hijrah ke Go-Jek di beberapa kota Indonesia.

Bahkan, Michael menyebutkan perpindahan itu masih terjadi setelah penyesuaian tarif dilakukan. Mayoritas mitra memilih pindah ke Go-Jek karena mempertimbangkan skema tarif dan insentif yang lebih transparan.

"Melalui aplikasi mitra, kami memiliki fitur catatan pembukuan pemasukan harian (daily income summary) agar mereka mengetahui secara jelas pendapatan yang didapat per harinya," terangnya.

Data Go-Jek menunjukkan dalam sebulan terakhir pihaknya menerima belasan ribu mitra baru di Jabodetabek yang masuk ekosistem perusahaan aplikator dari Indonesia itu. "Dengan migrasi ini, kami semakin semangat untuk terus mendorong kesejahteraan sektor informal di Indonesia," kata Michael.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement