REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, rupiah memiliki potensi untuk kembali menguat ke kisaran level Rp 13 ribu per dolar AS. Syaratnya, kata Darmin, gejolak perekonomian global perlu sedikit mereda termasuk yang berkaitan dengan perang dagang AS dan Cina.
"Kalau Trump (Presiden AS Donald Trump) bertemu Xi (Presiden Cina Xi Jinping) walaupun tidak hebat sekali, tetapi ada peredaan. Kita masih punya ruang untuk penguatan rupiah dan masih bisa tembus ke arah Rp 13 ribu per dolar AS," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (30/11).
Seperti diketahui, pemimpin negara G-20 tengah melakukan pertemuan di Buenos Aires, Argentina. Pertemuan Trump dan Xi lantas ditunggu oleh seantero dunia lantaran menyangkut kelanjutan perang dagang.
Darmin menilai, jika dua pemimpin negara itu tidak bersepakat maka tekanan kepada rupiah akan kembali muncul. Meski, dia meyakini, tekanannya tidak akan setinggi momentum awal perang dagang.
Apabila terjadi kesepakatan untuk meredakan tensi perang dagang, Darmin meyakini terdapat potensi rupiah menguat terhadap dolar AS. Terlebih lagi, bank sentral AS diproyeksikan tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada Desember mendatang.
"Kita sebenarnya menggunakan momentum ini, kalau rupiah menguat kemudian modal mulai masuk atau lebih besar lagi masuknya sehingga transaksi modal dan finansial bisa mengimbangi defisit transaksi berjalan. Maka, semestinya akan mengarah ke fundamentalnya kembali kursnya," kata Darmin.