Kamis 29 Nov 2018 21:31 WIB

BI: Rupiah Menguat Berkat Capital Inflow

Penurunan harga minyak membuat banyaknya capital inflow masuk ke negara berkembang

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Arus modal asing (ilustrasi)
Arus modal asing (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju kurs rupiah sepanjang hari ini, Kamis (29/11), terus menguat hingga berada di level Rp 14.300 per dolar AS. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menilai, penguatan itu tidak hanya dipengaruhi faktor eksternal melainkan juga faktor internal.

Faktor internal meliputi, banyaknya aliran modal yang masuk ke dalam negeri (capital inflow). "Capital inflow memilih masuk ke negara yang harga asetnya murah dan negara yang pengelolaan makro ekonominya prudent seperti Indonesia," ujar Mirza kepada Republika, Kamis, (29/11).

Ia menyatakan, kondisi makro ekonomi Indonesia memang terjaga. Dari sisi inflasi misalnya, cukup rendah hanya 3,2 persen.

"Fiskalnya pun berhati hati. Defisit APBN pada 2018 hanya 2,1 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Lalu pada 2019 hanya 1,8 persen PDB," jelasnya.

Pengelolaan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD), kata dia, juga berhati hati melalui kebijakan moneter ketat. Ditambah, Indonesia terus menerus melakukan deregulasi ekonomi untuk mengundang investor masuk.

Sementara itu, Mirza menyebutkan, faktor eksternal yang memengaruhi penguatan rupiah hari ini di antaranya pernyataan dovish dari The Fed (Bank Sentral AS). "Dengan begitu diinterpretasikan, Fed Rate tidak lagi naik agresif di 2019 sehingga dolar AS melemah," tutur Mirza.

Harga minyak yang turun, menurutnya pun menguntungkan negara importir minyak. Hal itu membuat capital inflow masuk lagi ke emerging countries.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menambahkan, bank sentral akan memberikan ruang bagi nilai tukar rupiah untuk menguat lebih lanjut. "Sesuai dengan mekanisme pasar," katanya, Kamis (29/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement