Ahad 25 Nov 2018 12:30 WIB

Pemerintah Fokus Perkuat Industralisasi

Ada tiga sektor manufaktur yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Muhammad Hafil
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian fokus memacu industrialisasi di dalam negeri karena diyakini mampu membawa dampak ganda yang positif bagi perekonomian nasional. Efek berantai itu antara lain peningkatan nilai tambah bahan baku dan penyerapan tenaga kerja lokal, serta mendongkrak penerimaan devisa dari ekspor, pajak dan cukai.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara mengatakan, pemerintah saat ini bertekad menciptakan iklim investasi yang kondusif, terutama untuk sektor industri. "Langkah strategis yang sudah dilakukan, antara lain melalui paket-paket kebijakan ekonomi, insentif dan kemudahan izin usaha," katanya di Jakarta, Ahad (25/11).

Ngakan menegaskan, upaya tersebut diyakini dapat mengakselerasi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional yang inklusif dan berkualitas. Hal ini membuat pemerintah berkomitmen melakukan transformasi ekonomi, yang menggeser ekonomi berbasis konsumsi menjadi berbasis manufaktur.

Salah satu upaya konsisten yang dilakukan adalah menjalankan program hilirisasi industri. Termasuk dengan upaya pengembangan industri pengolahan nonmigas yang menitikberatkan pada pendekatan rantai pasok agar lebih berdaya saing di tingkat domestik, regional, dan global.

Ngakan menjelaskan, pengembangan industri manufaktur nonmigas diprioritaskan pada sektor yang berbasis sumber daya alam dan menyerap lapangan kerja yang banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan III tahun 2018, industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional dengan porsi mencapai 19,66 persen.

Menurut laporan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menempati peringkat ke-9 dunia sebagai negara penghasil nilai tambah terbesar dari sektor industri.

Sedangkan, hasil survei Nikkei dan IHS Markit menujukkan bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2018 berada di level 50,5 atau masih tergolong dalam tingkat ekspansif. Bahkan, Indonesia berhasil menduduki peringkat ketiga teratas di ASEAN. Posisi Indonesia lebih baik dari Malaysia (49,2), Thailand (48,9), Myanmar (48,0) dan Singapura (43,3).

Ngakan mencatat, ada tiga sektor manufaktur yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,15 persen pada triwulan III-2018. Sektor itu adalah industri tekstil dan pakaian yang tumbuh mencapai 10,17 persen, industri makanan dan minuman berada di level 8,10 persen, serta industri alat angkutan tembus 5,37 persen.

Kemenperin mencatat, investasi di sektor industri manufaktur selama empat tahun belakangan ini tumbuh signifikan. Pada tahun 2014 sebesar Rp 195,74 triliun, naik mencapai Rp 274,09 triliun di 2017. Sementara, semester I tahun 2018, investasi manufaktur sudah menembus Rp 121,56 triliun dengan total jumlah tenaga kerja saat ini sebanyak 17,92 juta orang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement