Jumat 23 Nov 2018 06:37 WIB

Menengok Kesiapan Bandara Soekarno-Hatta Hadapi Insiden

Ada beberapa peralatan baru yang digunakan dalam simulasi salah satunya salvage

Rep: Bayu Adji/ Red: Bilal Ramadhan
Simulasi Penanganan Keadaan Darurat (PKD) dalam menghadapi bencana gempa bumi dan kecelakaan pesawat yang diselenggarakan PT Angkasa Pura II (Persero), Kamis (22/11) di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang. Dalam skenarionya, diketahui salah satu pesawat mengalami insiden.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Simulasi Penanganan Keadaan Darurat (PKD) dalam menghadapi bencana gempa bumi dan kecelakaan pesawat yang diselenggarakan PT Angkasa Pura II (Persero), Kamis (22/11) di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang. Dalam skenarionya, diketahui salah satu pesawat mengalami insiden.

REPUBLIKA.CO.ID, Pesawat Boeing 777-300 milik perusahaan penerbangan Boss Air rute dengan nomor registrasi OK-18 dan nomor penerbangan BA-3110 menuju Changi International Airport, tergeletak dengan roda depan yang patah di landasan udara Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (22/11) pagi. Sementara asap berwarna oranye pekat mulai muncul dari badan pesawat.

Di dalamnya, 260 penumpang panik mencari dalan keluar. Tak lama berselang, petugas pemadam mengendarai foam tender datang. Petugas pun langsung menyemprotkan air ke badan pesawat, mencari sumber asap.

Ketika asap mulai menghilang, pintu pesawat pun terbuka. Para penumpang di dalamnya pun berhamburan keluar menyelamatkan diri. Sementara itu, petugas berpakaian antiapi menerobos masuk ke dalam pesawat, membantu korban yang terluka.

Lalu lalang ambulans juga ikut berdatangan. Beberapa penumpang yang selamat histeris, meminta petugas menyelamatkan anggota keluarga mereka yang masih tertinggal di dalam pesawat.

"Bapak saya masih di dalam, Pak," kata salah seorang penumpang berteriak dan hendak kembali masuk ke dalam pesawat. Namun petugas melarangnya.

Korban-korban yang terluka dibawa ke lapangan terbuka yang berjarak sekira 200 meter dari letak pesawat. Petugas medis yang sedari tadi bersiap segera memberikan pertolongan pertama kepada korban.

Hampir satu jam waktu yang diperlukan untuk mengevakuasi seluruh penumpang di dalam pesawat. Setelah para penumpang berhasil dievakuasi, giliran petugas bandara mengevakuasi pesawat yang tersungkur di landasan. Untuk memindahkan pesawat, dibutuhkan waktu hampir dua jam.

Adegan demi adegan itu merupakan simulasi Penanggulangan Keadaan Darurat (PKD) yang dilakukan PT Angkasa Pura II (Persero). PKD itu melibatkan sekitar 800 personel Airport Emergency Committee, Airport Security Committee, Otoritas Bandara, AirNav, KNKT, TNI, Polres Bandara, Basarnas, CIQ, DVI Polda Metro Jaya, Dinas Perhubungan, pihak Airlines, dan sejumlah pihak lainnya.

President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, latihan ini merupakan upaya untuk mengukur kesiapan dokumen Airport Emergency Plan (AEP) dan Airport Security Program (ASP) serta memperlancar fungsi instruksi, komunikasi, dan koordinasi. Latihan PKD dengan sandi latihan Rajawali 12 ini merupakan simulasi yang ke-12 diadakan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

“Harapannya masing-masing personel di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dapat memanfaatkan kegiatan ini untuk menguji koordinasi, komunikasi, komando guna dilakukan evaluasi, melatih, melancarkan sekaligus memantapkan kemampuan sesuai dengan bidang tugas masing-masing dalam menanggulangi keadaan darurat,” kata Awaluddin, Kamis (22/11).

Executiver General Manager, Bandara Soekarno-Hatta M Suriawan Wakan mengatakan, kegaiatan PKD memang rutin dilakukan setiap dua tahun sekali untuk mengecek kesiapan bandara menghadapi kendala besar. Menurut dia, hal itu diperlukan demi keselamatan pengguna bandara.

"Memang penyelenggada bandar udara wajib, selama kurun waktu dua tahun sekali untuk skala besar," kata Suriawan.

Menurut dia, simulasi itu dilakulan untuk menjamin keselamatan penerbangan, keamanan dan kenyamanan moda transportasi udara serta untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari kecelakaan penerbangan. Karena itu, kata dia, diperlukan latihan terpadu yang melibatkan seluruh instansi terkait untuk menguji sistem dan prosedur standar masing-masing institusi yang terlibat.

Selain penanganan pada saat kejadian, dalam PKD tahun diadakan skenario penanganan pasca-kejadian. Penanganan itu dilakukan terhadap keluarga korban melalui simulasi greeters and meters.

"Simulasi itu benar-benar seperti rill yang terjadi di lapangan, seperti kejadian aslinya," kata dia.

Wakan mengatakan, ada beberapa peralatan baru yang digunakan dalam simulasi tersebut. Salah satunya adalah alat yang digunakan untuk mengangkat pesawat yang tersungkur, Salvage.

Dengan begitu, pesawat dapat dengan cepat dievakuasi ke luar dari landasan pacu, sehingga tidak menggangu jadwal penerbangan lainnya. "Ini kalau terjadi di runway sempat menyebabkan bandara itu off. Ini bagaimana pesawat itu diangkat dengan Salvage, dengan kapasitas 40 ton. Setelah itu dilakukan evakuasi sehingga bandara atau runway bisa dibuka kembali," ujar dia.

Kepala Kantor SAR Jakarta Hendra Sudirman mengatakan, secara prinsip penanganan kejadian di dalam bandara menjadi kewenangan pengelola bandara. Hal itu sesuai dengan prosedur International Civil Aviation Organization (ICAO).

Ia menilai, Angkasa Pura II berhasil dalam melakukan penanganan jika dinilai dari simulasi yang dilakukan. Apalagi, kata dia, badan pesawat yang tersungkur di landasan dapat cepat dievakuasi.

"Tentu Angkasa Pura akan ada evaluasi baik dari penanganan korban, maupun peralatan itu sendiri," kata Hendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement