Kamis 22 Nov 2018 05:50 WIB

Situasi Ekonomi Tertekan, Bank Genjot Pendapatan Nonbunga

Pendapatan perbankan di Indonesia masih didominasi dari interest income

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Mesin ATM
Foto: Republika/Prayogi
Mesin ATM

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di tengah meningkatnya tren suku bunga serta fluktuasi nilai tukar, bank terus menjaga pendapatannya. Tidak lagi hanya mengandalkan pendapatan bunga (interest income) tapi juga memperbesar pendapatan nonbunga (fee based income).

"Selama ini, pendapatan bank di Indonesia masih didominasi dari interest income. Maka kita akan geser agar pendapatan utama dari fee based income," ujar Corporate Secretary & Chief Economist Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto di Jakarta, Rabu (21/11).

Hal itu, menurutnya perlu dilakukan, sebab ke depannya persaingan akan semakin ketat. Tidak lagi hanya antar bank, melainkan  dengan institusi keuangan lainnya seperti pasar modal (capital market).

"Jadi nantinya sumber pendanaan tidak hanya dari bank tapi juga produk investasi yang lebih advance seperti capital market. Maka porsi pembiayaan perbankan bisa berkurang, sementara bank harus tetap sustain," ujar Ryan.

Dengan begitu, kata dia, penting untuk menggenjot fee based income. Ia menyebutkan, pendapatan non bunga di antaranya diperoleh dari transaksi digital nasabah.

"Ini prospeknya besar sekali dan belum kita gali. Maka kami nggak khawatir berlebihan kalau NIM (Net Interest Margin) kita tertekan karena pendapatan bank bisa juga dari fee based," ujar Ryan.

Meski begitu, ia tidak memungkiri NIM perbankan terganggu dengan kondisi perekonomian seperti sekarang. Hanya saja Ryan optimis ke depan, fee based income bisa meningkat.

"Hal itu karena, arah ke depan profil nasabah kebanyakan milenial. Maka kebutuhan transaksi digital akan lebih banyak," katanya.

Lebih lanjut, kata dia, walau permintaan kredit cenderung masih melambat namun ternyata pertumbuhan kredit mampu mencapai dua digit tahun ini. Sampai Oktober, pertumbuhan kredit perbankan telah mencapai 12 persen.

"BNI sendiri sudah tumbuh sekitar 15 persen. Padahal awalnya diprediksi, paling banter kredit tumbuh single digit batas atas misalnya di 9,8 persen," ujar Ryan.

Dirinya menilai, pertumbuhan tersebut didorong oleh penyaluran kredit produktif yakni kredit modal kerja dan kredit investasi. "Jadi sektor kredit masih gerak di tengah situasi tekanan ekonomi," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement