Kamis 22 Nov 2018 05:40 WIB

Kementan Ajak Pensiunan Garap Lahan Rawa

Pemanfaatan rawa akan saling terintegrasi antara lahan ternak, perkebunan dan sawah

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Ilutrasi lahan rawa menjadi lahan pertanian
Ilutrasi lahan rawa menjadi lahan pertanian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Kementan) Amran Sulaiman mengajak pensiunan pejabat Kementan maupun purnawirawan lain untukl mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa. Sebab, mereka merupakan profesional yang mampu membangunkan lahan tidur potensial untuk pertanian.

"Kalau pensiunan kan sudah pasti mengerti sesuai kompetensi dan pengalaman yang dimiliki. Sebab kita ingin menggerakan pertanian secara moderen sesuai yang diharapkan Bapak Presiden," kata Amran dalam acara Rapat Konsolidasi Persiapan Implementasi Program SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) di Auditorium Gedung F Kantor Pusat Kementan, Rabu (21/11).

Baca Juga

Ia menjelaskan, pemanfaatan rawa nantinya akan saling terintegrasi antara lahan ternak, perkebunan dan sawah. Menurutnya, program ini merupakan mimpi lama yang baru terealisasi tahun ini.

"Saya yakin jika program ini berjalan dengan baik, maka petani bisa untung dua kali lipat dan itu sudah sesuai dengan mimpi besar kita, yaitu kesejahteraan petani," katanya.

Kepala Biro Perencanaan Kementan Kasdi Subagyono mengatakan, terobosan tersebut akan dikerjakan bersama lintas sektoral dan bersinergi dengan pemangku kepentingan seperti kementerian BUMN, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Lembaga Keuangan.

Strategi percepatan implementasi yang dimaksud adalah mencari alternatif lahan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai lumbung pangan. Saat ini pihaknya sedang melakukan penyisiran dan akurasi data terkait potensi baru yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan membangun koperasi petani yang terkorporasi.

"Penyisiran dan akurasi datanya sedang berjalan," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro mengatakan, tahapan awal misi program ini adalah mengembangkan lahan rawa lebak seluas 200 hektare di bawah kontrol dan tanggung jawab 50 tenaga harian lepas yang melaksanakan fungsi teknis.

"Pengelolaan semuanya dilakukan dengan teknologi yang mutakhir. Jadi kendala pada kondisi tanah seperti masam, pH nya kurang dan lain-lain kini bisa teratasi dan bukan lagi masalah," katanya.

                                                                                  

Peneliti di International Rice Research Institute (IRRI) Hasil Sembiring menjelaskan, irigasi menjadi yang terpenting untuk lahan rawa pasang surut dan lebak. Tingkat keasaman atau pH tanah juga harus diperhatikan dan diatasi dengan baik.

"Normal pH 6 sampai 6,5 jadi pertumbuhan bisa bagus," ujarnya. Ia menambahkan, jika manajemen pengelolaan dilakukan secara tepat maka akan memberikan hasil maksimal untuk kemudian dikelola off taker.

"Yakin kalau begini per kg lebih murah. Bisa lebih efisien dan kompetitif," kata dia.

Apalagi, jika dilengkapi dengan penggunaan teknologi dalam budidaya pertanian di lahan tersebut. Ia meminta penggunaan direct seeding atau sistem tabur benih dengan bantuan alat. Dengan begitu, petani akan lebih efisein dan mampu menekan  biaya produksi.

"Thailand juga sudah direct seeding. Benihnya memang lebih besar konsekuensinya 50 kg per hektare lebih banyak tapi efisien," katanya. Biaya yang dikeluarkan pun masih bisa diatasi dengan sistem irigasi yang baik.

Untuk diketahui, optimasi lahan di Jambi mencapai 10 ribu hektare, sedangkan di Lampung mencapai 20 ribu hektare dan  20 ribu hektare di Sulawesi Selatan. Sedangkan di wilayah Kalimantan Tengah mencapai 50 ribu hektare, 450 ribu hektare di Sumatera Selatan dan 450 ribu hektare di Kalimantan Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement