Rabu 21 Nov 2018 16:01 WIB

Lembaga Kajian Ekonomi Ungkap Proyeksi Rupiah Tahun Depan

Kondisi global tahun depan diproyeksi masih diliputi ketidakpastian.

Red: Nur Aini
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kajian ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi pada 2019 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan berada dalam tekanan pelemahan, terutama pada semester pertama.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan, kondisi global tahun depan masih akan diliputi ketidakpastian karena perang dagang, harga minyak yang cenderung meningkat, dan ketatnya likuiditas global.

"Sementara di sisi domestik, perekonomian nasional masih diwarnai oleh defisit transaksi berjalan. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus dalam tekanan pelemahan," ujar Piter dalam diskusi CORE Economic Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (21/11).

CORE Indonesia memperkirakan, sepanjang 2019 nilai tukar rupiah rata-rata akan berada di kisaran Rp 15.200 per dolar AS, lebih lemah dibandingkan asumsi kurs dalam APBN 2019 Rp 15 ribu per dolar AS. Piter menuturkan, tekanan pelemahan terbesar terhadap rupiah akan terjadi pada semester pertama.

"Rupiah akan mendapatkan momentum penguatan pada semester kedua setelah selesainya proses pemilu," kata Piter.

Menurut Piter, masih besarnya tekanan pelemahan nilai tukar rupiah akan memicu respons kebijakan yang cenderung ketat dari Bank Indonesia. Suku bunga acuan BI diperkirakan akan mengalami kenaikan sebanyak 3-4 kali ke kisaran 6,75 persen hingga 7 persen pada akhir 2019.

Meningkatnya suku bunga acuan, lanjutnya, kemudian akan mendorong semakin tingginya suku bunga kredit. "Kondisi ini selanjutnya akan memengaruhi laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang diperkirakan akan turun di kisaran 10-11 persen, sedikit melambat dibandingkan proyeksi pada 2018 yaitu 12 persen," kata Piter.

 BI selaku otoritas moneter selama 2018 sendiri telah melakukan pengetatan moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 175 basis poin untuk mengantisipasi dinamika global dan menahan laju pelemahan Rupiah. Suku bunga acuan BI pada akhir 2018 sendiri diprediksi akan berada di level saat ini yaitu 6 persen, sedangkan nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 14.600-Rp 14.800 per dolar AS.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement