REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Luas lahan kelapa yang terus menurun perlu diperbaiki dengan meningkatkan nilai jual serat kelapa. Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menggandeng swasta untuk pembentukan koperasi.
"Harga jual serat kelapa harus menarik dan produksinya juga ditingkatkan melalui intensifikasi, peremajaan, ekstensifikasi, serta melakukan pengolahan yang memberikan nilai tambah lebih supaya masyarakat tertarik memproduksi serat kelapa," kata Deputi Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM Abdul Kadir Damanik melalui siaran pers.
Kemenkop dan UKM bekerjasama dengan PT Rekadaya Multi Adiprima (RMA) dalam memberdayakan koperasi di daerah penghasil kelapa mengembangkan produksi serat kelapa. Saat ini PT RMA sudah menyiapkan lima unit mesin pengolah serat kelapa menjadi coco fiber dan coco peat.
Sebagai industri hilir, PT RMA kata Damanik, telah merintis kerja sama dengan pihak Koperasi Unit Desa (KUD) Bangkit Abadi dan KUD Setia Murni dalam hal pengolahan hilir proses sabut kelapa. Di daerah-daerah tersebut, kelapa yang awalnya dijual Rp 1.000 per butir kini menjadi Rp 1.700 per butir.
Presdir PT Rekadaya Multi Adiprima Farry Aditya menambahkan, pihaknya akan melakukan pengembangan serat kelapa bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk Kemenkop dan UKM. "Awalnya kami hanya ada di Cibubur, Karawang dan Cikarang, namun setelah kami bekerja sama dengan para pihak, kini kami bisa mengembangkan ke daerah lain seperti Majalengka, Ciamis, Pangandaran, Sulawesi dan lain-lain," kata Farry.
Kabupaten Ciamis dan Pangandaran menjadi pilot project dalam pengembangan serat kelapa. Pada 2019, pihaknya akan merilis green produk cocoboard.
Untuk diketahui, Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia. Pada 2015 luas areal kelapa mencapai 3,86 juta hektare dengan produksi 2,92 juta ton. Namun pada 2016 luas areal 3,57 juta hektare dengan produksi 2,89 juta ton.