Selasa 20 Nov 2018 15:30 WIB

ADB Setujui Pinjaman Rp 7,29 triliun untuk Indonesia

Dana pinjaman ADB ini untuk penanganan pascabencana di Indonesia

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Asian Development Bank (ADB)
Foto: brecorder.com
Asian Development Bank (ADB)

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA — Asian Development Bank (ADB) telah menyetujui pinjaman bantuan darurat senilai 500 juta dolar AS atau Rp 7,29 triliun (kurs Rp 14.586 per dolar AS) untuk Pemerintah Indonesia. Dana ini akan digunakan untuk membangun kembali Lombok dan Sulawesi Tengah setelah bencana alam baru-baru ini yang merenggut jiwa ribuan orang dan menghancurkan infrastruktur, harta benda, dan mata pencaharian.

Pinjaman ini akan menyediakan pendanaan sesegera mungkin bagi rencana aksi pemulihan dan rehabilitasi pemerintah yang diarahkan pada kebutuhan penting. Adapun kebutuhan penting tersebut seperti tempat tinggal sementara, perlindungan sosial dan pelayanan sosial, serta pemulihan ekonomi melalui bantuan dana, skema perkreditan, dan program-program peningkatan keahlian.

Menurut Direktur ADB untuk Divisi Manajemen Publik, Sektor Finansial dan Perdagangan Asia Tenggara, Sona Shrestha, paket bantuan komprehensif dari ADB akan menyediakan dukungan pembiayaan yang cepat dan fleksibel bagi pemerintah agar dapat memitigasi dampak buruk akibat bencana alam ini.

“Modalitas pinjaman yang disalurkan dengan cepat akan memastikan bahwa pemulihan pasca-bencana dan pembiayaan rehabilitasi dapat dipenuhi tanpa mengganggu pengeluaran pembangunan ekonomi dan sosial yang lain dalam anggaran negara," ujar Sona Shrestha dalam pernyataan resmi ADB, Selasa (20/11).

Pinjaman tersebut, yang dinamai Bantuan Darurat untuk Pemulihan dan Rehabilitasi dari Bencana yang Baru Terjadi (Emergency Assistance for Recovery and Rehabilitation from Recent Disasters), adalah bagian dari tanggapan ADB terhadap dua bencana alam yang melanda Indonesia, yaitu gempa bumi berskala 7,0 di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada bulan Agustus, serta gempa bumi berskala 7,4 dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah, pada bulan September.

Kedua bencana ini menelan lebih dari 2.600 korban jiwa, melukai sekitar 18 ribu orang, dan menyebabkan lebih dari setengah juta orang hidup dalam pengungsian. Perumahan dan infrastruktur publik mengalami kerusakan yang parah.

Bencana alam Sulawesi Tengah khususnya teramat parah karena gempa bumi memicu tanah longsor, tsunami, dan fenomena likuifaksi yang menyebabkan tanah padat kehilangan stabilitasnya.

Kajian awal mengindikasikan kerugian sebesar 2,2 miliar dolar AS atau Rp 32 triliun di provinsi terdampak. Selain menimbulkan korban jiwa dan kehancuran harta benda, bencana tersebut akan berimbas besar pada kehidupan masyarakat yang terdampak.

“Pertumbuhan kedua provinsi diperkirakan akan turun hingga separuh, lapangan pekerjaan akan menyusut, dan kemiskinan akan melonjak,” ungkap spesialis manajemen publik ADB, Robert Boothe.

“Dukungan ADB akan membantu pemerintah memitigasi berbagai dampak tersebut, khususnya yang berimbas pada kaun perempuan, lanjut usia, dan kelompok rentan," tambah Boothe.

Pinjaman ini merupakan bagian dari serangkaian upaya tanggap bencana ADB. Pada bulan Oktober 2018, ADB menyetujui hibah darurat senilai 3 juta dolar AS (Rp 43,8 miliar) yang berasal dari Dana Tanggap Bencana Asia Pasifik (Asia Pacific Disaster Response Fund) guna mendukung upaya pemerintah untuk memberi bantuan segera di Sulawesi Tengah.

ADB juga membantu pemerintah dengan bantuan teknis untuk kajian kebutuhan pasca-bencana dan perencanaan rekonstruksi. ADB juga sedang menyiapkan pinjaman proyek bantuan darurat senilai 500 juta dolar AS untuk mendukung rekonstruksi dan relokasi infrastruktur kritis dalam jangka menengah.

Terakhir, ADB dan pemerintah sedang menyiapkan bantuan teknis untuk membangun kapasitas untuk menguatkan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan keuangan dari rencana rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement