REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Regional Bisnis Jawa Bagian Barat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), Hariyanto WS, menjelaskan saat ini pertumbuhan konsumsi listrik hingga kuartal III baru mencapai lima persen. Angka ini diprediksi Hariyanto tidak akan berubah hingga akhir tahun. Tahun depan pun, Hariyanto menjelaskan angka pertumbuhan listrik akan tetap diangka lima hingga enam persen saja.
"Q3 (kuartal tiga) kita baru lima persen. Tapi itu gabungan Jakarta sama Banten. Memang paling tinggi tuh banten sampai 7 persen," ujar Hariyanto di Bidakara, Rabu (14/11).
Hariyanto menjelaskan hal ini karena Jawa Bagian barat hanya bertumpu pada pertumbuhan Banten dan Jakarta. Padahal, tak bisa dipungkiri utilitas pembangkit yang dimiliki oleh Region Jawa Bagian Barat kerap turun di malam hari. Strateginya, tahun depan rencananya PLN akan memberikan insentif bagi warga dengan diskon tarif untuk pemakaian malam hari.
"Jadi mulai jam 22.00 misalnya sampai jam 04.00 pagi, tarifnya bisa kita kasih murah. Diskon misalnya, jadi jam segitu tuh utilitas kita turun, nah jadi supaya utilisasi kita naik, ya," ujar Hariyanto.
Ia mengatakan untuk pertumbuhan industri di Banten sendiri prediksinya bisa sampai sembilan persen tahun depan. Hal ini kata Hariyanto merupakan modal PLN untuk paling tidak menjaga konsumsi listrik. Apalagi, kata Hariyanto pada tahun depan setidaknya ada tambahan pasokan lagi dari tiga pembangkit yang COD di 2019.
"Tahun depan itu ada tambahan pasokan sekitar 1.500 Megawatt (MW). Itu dari PLTU Lontar sebesar 215 MW, Jawa satu seribu MW dan Jawa 2 200 MW. Nah ini kita disatu sisi juga harus menjaga demand agar terserap dengan baik," ujar Hariyanto.
Untuk di Jakarta sendiri, General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya, Ikhsan Asaad menjelaskan Jakarta di tahun depan pertumbuhan konsumsi bisa didongkrak dari adanya pengoperasian LRT dan MRT, Ikhsan mengatakan untuk MRT sendiri membutuhkan pasokan daya sebesar 65 MW dan LRT sekitar 35 MW. Harapannya dengan dua ini bisa menambah konsumsi listrik tahun depan.
"Itu kan listrik itu kan emang kita dorong transport itu bisa berubah setelah kendaraan listrik, motor listrik, ya, KRL itu kan selalu pakai listrik, ya. Sekarang MRT 65 MW, LRT itu 35 MW. Jadi lumayan lah," ujar Ikhsan.
Senada dengan Ikhsan, Hariyanto mengatakan untuk bisa meningkatkan konsumsi listrik di Jakarta memang perlu ada kerja sama PLN dengan Pemerintah untuk bisa meningkatkan budaya pemakaian listrik. Hariyanto mengatakan kerjasama ini adalah mendorong pemerintah untuk bisa menggalakan penggunaan kendaraan listrik. Transportasi publik juga didorong untuk bisa berlaih ke sumber listrik.
"Kita lagi dorong juga selain MRT LRT KRL, itu kita dorong bus listrik. Itu biar efisien dan ramah lingkunga, Kan bisa buat ngurangi emisi. Saya bilang ke pak anies untuk bisa beralih. bisa ngurangin impor dan emisi kan. Gas juga kan kita masih impor, padahal listrik banyak," ujar Haryanto.