Senin 12 Nov 2018 06:02 WIB

BKF: Posisi CAD pada Akhir Tahun Rendah

Program B20 diperkirakan baru akan berdampak pada penurunan CAD di kuartal IV

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Defisit Neraca Transaksi Berjalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada akhir tahun ini bisa membaik. Pada kuartal III 2018 posisi CAD meningkat menjadi 3,02 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Hingga akhir tahun diproyeksi di bawah tiga persen," ujar Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adrianto kepada Republika, Ahad (11/11).

Ia menjelaskan, pelebaran defisit CAD periode Juli hingga September 2018 masih disumbang oleh defisit migas dan impor jasa. Ia menjelaskan, upaya mengurangi defisit migas baru dimulai sekitar Agustus-September sehingga belum berdampak maksimal dan terlihat pada kuartal III.

Menurutnya, jika program B20 sudah bisa berjalan lancar pada Oktober ini, dampaknya akan terlihat pada kuartal IV. Ia menambahkan, defisit jasa masih signifikan, pengurangan defisit jasa diantaranya melalui upaya mendorong industri pariwisata.

Sementara itu Direktur Eksekutif Bank Indonesia Agusman Zainal Abidin mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2018 meningkat sejalan dengan menguatnya permintaan domestik. Defisit transaksi berjalan pada kuartal III 2018 tercatat sebesar 8,8 miliar dolar AS (3,37 persen terhadap PDB).

Realisasi CAD pada kuartal III ini lebih tinggi dibandingkan dengan defisit kuartal sebelumnya sebesar 8 miliar dolar AS (3,02 persen terhadap PDB). Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif defisit neraca transaksi berjalan hingga kuartal III 2018 tercatat 2,86 persen terhadap PDB.

"Masih berada dalam batas aman," ujar Agusman.

Agusman menuturkan, peningkatan defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa. Penurunan kinerja neraca perdagangan barang terutama dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan migas.

Sementara peningkatan surplus neraca perdagangan barang nonmigas relatif terbatas akibat tingginya impor karena kuatnya permintaan domestik. Peningkatan defisit neraca perdagangan migas terjadi seiring dengan meningkatnya impor minyak di tengah naiknya harga minyak dunia.

Defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat, ungkap Agusman, juga bersumber dari naiknya defisit neraca jasa, khususnya jasa transportasi, sejalan dengan peningkatan impor barang dan pelaksanaan kegiatan ibadah haji.

Meski demikian, sambungnya, defisit neraca transaksi berjalan yang lebih besar tertahan oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor produk manufaktur dan kenaikan surplus jasa perjalanan. "Ini terjadi seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, antara lain terkait penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang," tutur Agusman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement