Kamis 08 Nov 2018 18:29 WIB

PT Inka Jajaki Pasar Amerika 

Perseroan juga telah melakukan kerja sama dengan sejumlah negara di Asia.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi angkutan kereta barang.
Foto: FOTO ANTARA/M Agung Rajasa
Ilustrasi angkutan kereta barang.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- PT Industri Kereta Api (Inka) tengah menjajaki pasar negara-negara di Benua Eropa. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pasar ekspor. 

Direktur Utama PT Inka, Budi Noviantoro, mengaku baru saja menjajaki pengembangan pasar ekspor di sejumlah negara di benua Amerika. Negara-negara tersebut antara lain, Meksiko, Peru dan Kosta Rika. 

"Target kami sekarang sudah melampaui. Kami kemana-mana, ke Bangladesh, Filipina, Meksiko, kemarin Kosta Rika datang ke Inka," kata Budi kepada wartawan seusai menjadi pembicara seminar di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Kamis (8/11).

Menurutnya, pasar ekspor ke negara-negara tersebut sangat prospektif. Pada saat penjajakan, sejumlah negara datang ke PT Inka.

"Mereka butuh waktu. Tapi kendala keuangan itu. Prinsipnya mereka butuh cuma uangnya tidak ada. Ada beberapa skema yang coba kami lakukan nanti bisa buyer kredit atau melalui Eximbank," imbuhnya. 

Di samping itu, upaya promosi juga dilakukan melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara-negara tersebut. "Saya (promosi) lewat duta besar di sana. Kadang kami pameran segala macam," ungkapnya. 

Budi menambahkan, saat ini, yang sudah menjalani kontrak dengan PT Inka yakni Bangladesh dan Filipina. Sedangkan yang sedang proses antara lain, Srilanka, Thailand, dan Bangladesh. Selain itu, PT Inka berencana melakukan investasi sarana untuk angkutan barang di Filipina dan Srilanka. 

Kontrak dengan Filipina berupa empat kereta diesel, tiga lokomotif dan 15 gerbong. Sedangkan kontrak dengan Bangladesh sekarang sudah kontrak ketiga, meliputi 250 gerbong. Proses pengerjaan rata-rata dilakukan selama 15 bulan.

Di sisi lain, Budi mengakui tingkat komponen dalam negeri (TKDN) belum 100 persen. TKDN kereta berpenggerak baru 42 persen, lokomotif 43 persen, serta kereta penumpang baru 76 oersen. "Karena tidak ada penggerak, kami mesti impor mesinnya. Tergantung spesifikasi ada yang dari Jerman, Spanyol, ada juga dari China dan Jepang," pungkasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement