Senin 05 Nov 2018 19:49 WIB

FAO Bantu Petani dan Nelayan Bangkit Pascagempa

Lebih dari 70 ribu orang akan mulai memproduksi makanan untuk jangka panjang.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Gita Amanda
FAO and staf pemerintah  memperkirakan kerusakan pada sarana kelautan dan perikanan di Palu.
Foto: FAO
FAO and staf pemerintah memperkirakan kerusakan pada sarana kelautan dan perikanan di Palu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) membantu petani dan nelayan Indonesia bangkit setelah gempa bumi dan tsunami. Lebih dari 70 ribu orang akan kembali memproduksi makanan untuk jangka panjang

FAO telah meluncurkan program pemulihan untuk membantu lebih dari 70 ribu petani dan nelayan Indonesia kembali menanam bahan pangan dan melaut. Ini dilakukan setelah serangkaian bencana yang menghancurkan Sulawesi Tengah bulan lalu.

Gempa di Sulawesi Tengah, terhitung sebagai gempa paling mematikan di Indonesia sepanjang lebih dari satu dekade. Tsunami dan likufaksi yang menyusul setelah gempa, juga telah menghancurkan banyak rumah dan lahan pertanian. Korban jiwa berjatuhan dan ribuan orang menjadi pengungsi karena kehilangan tempat tinggal.

Selama tiga bulan ke depan, FAO bertujuan untuk menjangkau 50 ribu petani dengan benih sayuran, pupuk dan alat-alat tangan kecil, seperti sekop dan cangkul. Sebanyak 20 ribu nelayan juga akan menerima peralatan untuk menangkap ikan. FAO menargetkan keluarga petani dan nelayan di daerah yang paling terpukul oleh bencana - Donggala, Sigi, Palu dan Parigi Moutong di Provinsi Sulawesi Tengah.

Melalui siaran persnya, Senin (5/11), FAO juga menyatakan telah menyiapkan skema bantuan tunai untuk mendukung 4.000 ibu hamil dan ibu dengan anak di bawah lima tahun. Hal tersebut agar memungkinkan mereka mengakses makanan bergizi.

Perwakilan FAO di Indonesia Stephen Rudgard mengatakana keluarga di Sulawesi Tengah sangat bergantung pada kegiatan pertanian dan perikanan. Bagi banyak mayoritas penduduk, ini adalah satu-satunya sumber makanan dan pendapatan mereka. Dengan bencana ini mereka kehilangan mata pencaharian.

“Kami tahu bahwa banyak orang di Indonesia telah mengalami ini sebelumnya dan cukup tangguh untuk kembali bangkit. Namun, penting bahwa FAO hadir, dalam mendukung upaya Pemerintah untuk membantu masyarakat Sulawesi Tengah agar segera bangkit. Melalui program bantuan ini masyarakat Indonesia dapat memulihkan produksi makanan mereka secepat mungkin dan menghindari lebih banyak kelaparan dan penderitaan di masa depan, ”tambah Rudgard.

Sektor pertanian dan perikanan telah mengalami kerusakan parah. FAO memperkirakan tingkat kerusakan yang sebenarnya lebih tinggi dari yang terdata. Hingga saat ini, diperkirakan bahwa hampir 10 ribu hektare lahan pertanian telah rusak, dengan padi dan tanaman jagung yang paling terkena pengaruh.

Hilangnya produksi sayuran juga diperkirakan sangat tinggi. Di Kabupaten Sigi, kerusakan pada sistem irigasi utama telah memutus pasokan air ke lebih dari 8.000 hektare lahan pertanian dan kawasan budidaya pertanian

Terdapat risiko tinggi untuk gagal panen lebih lanjut karena berkurangnya tenaga kerja pertanian, hilangnya persediaan pertanian yang disimpan dan terbatasnya akses ke benih, pupuk, peralatan dan irigasi. Beberapa fasilitas perikanan dan akuakultur, termasuk pembenihan ikan, tempat pendaratan, kapal dan peralatan memancing juga telah rusak parah.

Lebih dari 200 ribu orang telah mengungsi dan lebih dari 3.000 orang kehilangan nyawa mereka atau hilang karena rangkaian bencana yang menimpa Sulawesi Tengah .

Selama 70 tahun, FAO telah mendukung Indonesia dengan ratusan program untuk meningkatkan, menstabilkan dan menambah kualitas produksi dan suplai makanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement