REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, Prijono Sugiarto berharap, hubungan kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Jerman dapat terus berjalan dalam bidang vokasi, terutama terkait industri otomotif. Dengan cara ini, ia optimistis, sumber daya manusia Indonesia dapat setara dengan Jerman yang sudah terkenal lebih maju.
Sampai saat ini, Astra Internasional melalui Politeknik Manufaktur Astra (Polman Astra) berhasil membina dua instruktur yang meraih sertifikasi Meister dari Jerman pada 2017 lalu. Pada tahun ini, sebanyak 16 mahasiswa Polman Astra juga berhasil meraih sertifikasi bidang otomotif mekatronik. "Mudah mudahan saja 16 lulusan ini selain diberikan sertifikasi mereka juga diberikan kesempatan bekerja di Jerman," ujar Prijono dalam keterangan yang diterima Republika, Jumat (2/11).
Kerja sama yang terjalin antara Astra dengan Jerman sejauh ini baru terbatas pada ilmu mekatronik atau yang mempelajari ilmu mekanik, ilmu elektronika, dan ilmu informatika. Nantinya, Prijono berharap, kerja sama dapat terjadi di seluruh fakultas.
Astra sudah menggunakan kurikulum dengan dual system dari Jerman. Prijono menyebutkan, Polman Astra telah melaksanakan dua proyek yang mengadaptasi sistem pendidikan ganda Jerman. Di antaranya, program persiapan meister melalui kerja sama dengan antara Alfons Kern Schule (AKS) dengan EKONIND serta program D3 yang lulusannya disertifikasi oleh Kamar Dagang Jerman (DIHK).
Proyek berikutnya, melalui sistem pendidikan yang menyesuaikan pada standar program Berufschule di Jerman. "Kami dapat belajar banyak juga dari program pendidikan vokasi di Jerman. Tentu kita dapat berkolaborasi untuk mendidik anak bangsa yang berdaya saing tinggi," tutur Prijono
Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier mengapresiasi perkembangan vokasi otomotif di industri otomotif Indonesia. Menurutnya, undang-undang imigran pekerja sedang dibahas di parlemen, khususnya untuk tenaga kerja terampil yang mungkin dapat diisi sumber daya manusia Indonesia nantinya.
Altmaier mengemukakan, Indonesia punya basis industri yang kuat seperti Jerman. Untuk itu, agar bisa terus berinovasi terutama dalam era revolusi industri 4.0, diperlukan program pendidikan vokasi yang dapat menghasilkan SDM kompeten. "Pendidikan vokasi menciptakan high skilled worker. Saat ini, kami punya lebih dari empat ribu anak muda yang dididik melalui vokasi," katanya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, pemerintah sedang memprioritaskan pengembangan industri otomotif nasional agar lebih berdaya saing global sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu langkah strategis yang tengah didorong adalah peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di industri otomotif agar mampu menguasai teknologi dan mengembangkan bisnis ke depan.
Menurut Airlangga, pihaknya telah menyusun proyeksi pengembangan, jenis kompetensi (job title), dan lokasi industri yang terkait dengan lulusan SMK. "Selain itu, peningkatan kerja sama dengan dunia usaha untuk memberikan akses yang lebih luas bagi siswa SMK untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan program magang bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK," ujarnya.
Langkah lainnya, mendorong industri untuk memberikan dukungan dalam pengembangan teaching factory dan infrastruktur, serta mempercepat penyelesaian Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Untuk menindaklanjuti mandat-mandat tersebut, Airlangga menyebutkan, Kemenperin telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 tahun 2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri.
Hingga saat ini, Kemenperin telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia. "Kami telah menggandeng sebanyak 609 industri yang terlibat dan 1.753 SMK. Program ini akan terus digulirkan," kata Airlangga.
Kemenperin juga akan mendorong agar industri otomotif di Indonesia dapat membuat kegiatan pelatihan perbengkelan bagi masyarakat di desa. Dengan begitu, masyarakat bisa merasakan manfaat dari aktivitas industri otomotif dan bisa memacu usaha-usaha bengkel perawatan kendaraan. Diharapkan, pelatihan dapat menjangkau empat desa per kabupaten.
Perhatian pemerintah terhadap industri otomotif bukan tanpa sebab. Sumbangsihnya terhadap PDB nasional mencapai 10,16 persen pada tahun 2017 serta menyerap tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebanyak 1,5 juta orang. "Dengan menargetkan produksi hingga 1,5 juta unit mobil pada tahun 2020, tentu perlu peran SDM yang terampil terutama di dalam menghadapi era digital," ujar Airlangga.