Kamis 01 Nov 2018 20:25 WIB

BI: Cadangan Devisa Oktober 2018 Meningkat

Defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun diproyeksi masih berada di batas aman.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
 Pejalan kaki melintas didekat logo Bank Indonesia (BI), Jakarta, Ahad (1/10).
Foto: Republika/Prayogi
Pejalan kaki melintas didekat logo Bank Indonesia (BI), Jakarta, Ahad (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, cadangan devisa akan meningkat pada Oktober 2018 dibandingkan bulan sebelumnya. Artinya, posisi cadangan devisa akan lebih tinggi dari posisi pada September 2018 yang sebesar 114,8 miliar dolar AS.

"Dalam seminggu lagi akan kita keluarkan laporan cadangan devisa yang di bulan Oktober itu meningkat," kata Perry di kantor Kemenkeu, Jakarta pada Kamis (1/11).

Sementara itu, Perry mengatakan, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal III 2018 tidak akan melebihi 3,5 persen terhadap PDB. Dia juga memproyeksi CAD keseluruhan 2018 masih akan berada di bawah batas aman yakni 3 persen.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, upaya menurunkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) tidak bisa memberikan hasil dalam waktu singkat. Meski begitu, Sri menegaskan, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan pihak terkait lainnya untuk bisa mengurangi CAD.

"Policy shifting tidak drastis supaya tidak memberikan shock tambahan. Maka, pengaruh pada CAD tidak langsung pada kuartal yang sama," kata Sri dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Kamis (1/11).

Sri menjelaskan, saat ini pemerintah meningkatkan fokus untuk memperbaiki CAD. Salah satu kebijakan yang dilahirkan adalah kewajiban menggunakan Biodiesel 20 persen (B20). Menurut Sri, kebijakan B20 pun masih menghadapi kendala.

"B20 dilaporkan masih ada halangan baik itu di sektor transportasi maupun peralatan. Itu akan terus diperbaiki," kata Sri.

Dia mengatakan, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam industri nasional. Dia menyebut, SKK Migas telah melaporkan kenaikan penggunaan TKDN di sektor migas. Kemenperin, kata Sri, juga menyatakan kesiapan industri dalam negeri menyuplai barang modal dan bahan baku untuk kebutuhan domestik.

Meski begitu, Sri menegaskan, upaya pembenahan CAD tidak hanya dengan menurunkan impor melainkan dengan menggenjot ekspor. Oleh karena itu, Pemerintah pun memberikan tambahan modal kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebesar Rp 2,5 triliun.

Meski telah melahirkan berbagai kebijakan tersebut, Sri menilai, butuh waktu sebelum kebijakan itu memberikan dampak.

"Memang tidak mungkin CAD langsung drop, karena pertumbuhan ekonomi kita juga masih meningkat dan pertumbuhan kredit juga masih 12 persen," kata Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement