Selasa 30 Oct 2018 19:50 WIB

Aset BRI Syariah Naik 19 Persen

Total Aset BRI Syariah pada kuartal III 2018 mencapai Rp 36,18 triliun

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan BRI Syariah, Jakarta, Rabu (24/10).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan BRI Syariah, Jakarta, Rabu (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja Keuangan BRI Syariah meningkat pada kuartal III 2018. Berbagai indikator pun menunjukkan tren positif.

Total Aset BRI Syariah pada kuartal III 2018 naik sebesar 19 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 36,18 triliun. Sebelumnya pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 30,42 triliun.

Direktur Utama BRI Syariah Moch Hadi Santoso menjelaskan, fungsi intermediary BRI Syariah tetap berjalan baik di tengah makro ekonomi yang masih belum pulih. Terlihat dari penyaluran dana melalui pembiayaan tumbuh sebesar 14 persen secara yoy. Maka pembiayaan meningkat dari Rp 18,66 triliun pada akhir September 2017 menjadi Rp 21,28 triliun pada September 2018.

Selain itu, kata dia, di tengah likuiditas yang masih ketat, BRI Syariah masih terus melakukan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hingga akhir September 2018, Penghimpunan DPK mencapai angka Rp 27,76 triliun atau secara yoy meningkat sebesar 9 persen dari posisi sama 2017 yaitu sebesar Rp 25,36 triliun.

Sedangkan dari sisi laba, Hadi menuturkan, BRI Syariah membukukan laba bersih per September 2018 sebesar Rp 151 miliar. Angka itu meningkat 19 persen yoy dari posisi sama pada tahun lalu yang mencapai laba sebesar Rp 127 miliar.

"Peningkatan laba bersih BRI Syariah pada kuartal III  2018 ini memang tidak sebesar peningkatan laba bersih yang berhasil dibukukan BRI Syariah pada kuartal sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari masih berlangsungnya proses transformasi terutama pada area manajemen risiko di BRI Syariah," ujar Hadi melalui siaran pers, Selasa (30/11).

Lebih lanjut ia menyampaikan, transformasi pada area manajemen risiko di BRI Syariah khususnya di bidang pembiayaan masih menjadi fokus perseroan. "Saat ini, mulai dari proses underwriting yang dilakukan untuk perbaikan kualitas pembiayaan hingga memupuk kecukupan pencadangan sebagai bagian yang terintegrasi dalam manajamen risiko pembiayaan," kata Hadi.

Hal ini menurutnya, mungkin akan berdampak pada laba bersih perseroan yang diproyeksikan akan berlangsung hingga 2019. Hanya saja, Hadi mengatakan, jika dilihat dari laba operasi sebelum pencadangan (Pre-Provision Operating Profit/PPOP) ia optimis angka ini akan terus tumbuh.    

Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Haru Koesmahargyo menyatakan, BRI akan memberikan dukungan sepenuhnya kepada BRI Syariah. Tujuannya mendorong kinerjanya melalui berbagai sinergi bisnis berupa dukungan finansial, infrastruktur, manajemen SDM, operasional, hingga pemasaran.

Pencatatan saham perdana BRI Syariah (BRIS) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Mei 2018 lalu merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan salah satu pilar penunjang tercapainya tujuan BRI di 2022. Hal itu sebagai The Most Valuable Bank in South East Asia & Home to the Best Talent.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement