REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy, Tbk membukukan kenaikan penjualan batu bara sebesar 9 persen pada kuartal III tahun ini. Tercatat Adaro menjual sebesar 15,47 metrik ton pada kuartal III ini.
Peningkatan penjualan ini dikarenakan pasar internasional yang sedang membaik. Sekertaris Perusahaan Adaro Energy, Mahardika menjelaskan pasar Asia Tenggara khususnya Philipina, Indonesia, Malaysia dan Vietnam mengalami peningkatan permintaan.
Secara global, ungkap Mahardika, permintaan ke negara Eropa naik 5 persen. Hal ini dikarenakan harga gas yang sedang tinggi, sehingga pembangkit negara Eropa menggunakan batubara.
"Peningkatan penjualan itu disebabkan oleh permintaan terhadap batu bara negara Jerman dan Spanyol. Permintaan ini meningkat karena harga gas melambung, sehingga membeli batu bara lebih menguntungkan bagi perusahaan listrik," ujar Mahardika melalui siaran pers tertulis kepad Republika.co.id, Ahad (28/10).
Mahardika juga menjelaskan secara total produksi batu bara Adaro Energy sejak awal Januari hingga akhir September 2018 mencapai 38,98 metrik ton (mt).
Jika dirinci, selama sembilan bulan itu, produksi batu bara Adaro Energy disokong oleh beberapa anak usahanya. Di antaranya, PT Adaro Indonesia sebesar 34,70 mt atau 4 persen lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu.
Lalu ada dari Balangan Coal Companies sebesar 3,42 mt, atau naik dari 2,37 mt dari tahun lalu. Kemudian, Adaro Metcoal Companies 0,8 mt atau naik 27 persen dari tahun lalu.
Adapun, jika hanya melihat kuartal III tahun 2018, produksi batu bara Adaro meningkat 5 persen dari tahun lalu dan 14 persen dari kuartal sebelumnya. Selama kuartal III-2018, total produksi Adaro Energy 14,93 mt. Jumlah itu disumbang dari PT Adaro Indoensia (AI) 13,44 mt, Balangan Companies 1,24 mt dan Adaro Met Coal Companies (AMC) 0,24 mt.
Peningkatan Produksi ini kata Mahardika disebabkan oleh dukungan cuaca. "Cuaca lagi bagus ya, jadi ngeboost produksi kita," ujar Mahardika.
Selain peningkatan produksi, Mahardika juga menjelaskan mengenai progres pembangunan pembangkit listrik, proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berlokasi di Batang sudah mencapai 57 persen. PLTU ini memiliki kapasitas 2x1.000 megawatt (MW).
Proyek PLTU di Batang ini targetnya bisa beroperasi awal 2020. Nilai investasi untuk pembangunan proyek ini sebesar 4 miliar dolar AS.
Untuk proyek pembangkit listrik yang berada di Kalimantan Selatan, proses pengerjaannya sudah mencapai 96 persen. Untuk pembangkit listrik di Kalimantan Selatan ini memiliki kapasitas 2x100 MW.