REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Eni Muara Bakau, anak usaha dari ENI Ltd perusahaan asal Italia gagal menjadi operator Blok Makassar Strait. ENI gagal menjadi pemenang pada lelang tahap II yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) karena persyaratan yang tidak lengkap.
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan Blok Makassar Strait memang diminati oleh investor. Hanya saja, dalam proses lelang, ternyata pihak ENI tidak memenuhi syarat yang telah diatur oleh pemerintah. Meski begitu, Arcandra enggan merinci apa syarat yang tidak dipenuhi oleh ENI tersebut.
"Dari sisi komersial tidak ada masalah, ada syarat lain yang tidak dipenuhi sehingga penawaran ENI dengan sendirinya gugur," ujar Arcandra di Kementerian ESDM, Senin (22/10).
Arcandra mengatakan persoalan syarat apa yang akhirnya tidak dipenuhi oleh ENI merupakan rahasia perusahaan dan pemerintah. Pada pekan lalu, pemerintah sudah bertemu dengan ENI untuk menjelaskan hal ini.
"Pekan lalu sudah kita diskusikan," ujar Arcandra.
Ditemui terpisah, VP Exploration PT Eni Muara Bakau B, Davide Casini Ropa juga enggan menjabarkan apa alasan hingga ENI gagal mengoperatori Blok Makassar Strait. Namun, David menjelaskan, pihaknya masih sangat tertarik mengelola blok ini. Pasalnya, Blok Makassar Strait memiliki cekungan yang dengan potensi migas yang cukup menarik.
"Kami melihat potensi yang cukup baik dalam cekungan Kutai Basin. Ini merupakan blok yang potensial," ujar David.
Meski gagal dalam lelang tahap II ini, David mengatakan pada lelang ketiga yang dibuka pemerintah ENI berminat untuk bisa mengikuti lelang ini kembali. "Ya, kami tertarik untuk mengikuti lelang ini lagi. Sebab, kami juga ada fasilitas yang cukup baik di dekat blok ini. Sehingga ke depan dari sisi produksi kami akan jauh lebih efisien," ujar David.
Blok ini terletak di lepas pantai Selat Makassar, Kalimantan Timur. Luas areanya 1.555 kilometer persegi. Blok ini telah memiliki lapangan yang sudah berproduksi yakni West Seno. Sisa cadangannya sampai 1 Januari 2017 untuk minyak dan kondensat yang terbukti mencapai 1,8 juta barel, potensi sekitar 2,15 juta barel, dan mungkin sebesar 4,1 juta barel.
Adapun cadangan gas di West Seno sekitar 288 bscf untuk cadangan terbukti, 371 bscf untuk potensi (2P) dan 450,8 bscf untuk mungkin (3P). Djoko menyebut rata-rata produksi West Seno saat ini sekitar 1.800 bph minyak dan 2,8 mmscfd untuk gas.
Blok ini awalnya dikelola Chevron Indonesia. Perusahaan asal Amerika Serikat itu awalnya berencana mengelola Blok Makassar Strait bersama Rapak dan Ganal yang termasuk proyek ultra laut dalam (IDD). Namun itu skema ditolak pemerintah. Akhirnya Chevron melepas blok itu. Pemerintah menawarkannya ke Pertamina dan Sinopec tapi tidak laku.
Baca juga, Dua Wilayah Kerja Produksi Migas Laku Dilelang