REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dewan Pengurus Daerah Real Estate Indonesia (REI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) optimistis penjualan rumah bersubsidi untuk segmen menengah ke bawah di daerah ini mencapai target.
Ketua DPD REI DIY Rama Adyaksa Pradipta di Yogyakarta mengatakan pembangunan rumah bersubsidi pada 2018 ditargetkan mencapai 300 unit rumah atau menurun dari target 2017 yang mencapai 500 unit.
"Untuk segmen rumah bersubsidi kami yakin pasti tercapai," kata Rama, Sabtu (20/10).
Meski yakin tercapai, ia mengakui pembangunan rumah bersubsidi yang dijual dengan harga rata-rata Rp 130 juta hingga saat ini masih lambat. Hal itu, antara lain disebabkan oleh tren harga tanah di DIY yang terus mengalami kenaikan. Harga tanah selama ini memengaruhi 50 persen harga jual rumah.
"Meskipun aspek perizinan sudah relatif dipermudah, tren harga tanah di DIY yang terus mengalami kenaikan," kata dia.
Selain rumah bersubsidi, para pengembang di DIY juga menggenjot penjualan rumah terjangkau dengan kisaran harga Rp 300 juta karena dinilai memiliki pangsa pasar yang tidak kalah besar di provinsi ini. Sementara itu, untuk segmen rumah komersial atau nonsubsidi, ia mengaku pesimistis tercapai. Dari target rumah komersial mencapai 1.500 unit, sampai pertengahan September 2018, permintaan masih jauh dari target.
"Sampai sekarang perkiraan masih mencapai 45 persen dari target," kata dia.
Rama berharap gencarnya pembangunan rumah baik bersubsidi maupun tidak dari tahu ke tahun dapat menjawab kekurangan pasokan rumah (backlog) di DIY yang pada 2017 mencapai 252.000 unit.
Ketua Badan Pertimbangan Organisasi REI DIY Nur Andi Wijayanto berpendapat menghadapi terus meningkatnya harga tanah di DIY diperlukan kawasan bersama atau menyerupai konsep "bank tanah". "Itu perlu dikembangkan di DIY sebab kenaikan harga tanah di Yogyakarta jika dihitung secara agregat rata-rata mencapai 10 persen di atas inflasi," kata dia.