REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Universitas Hasanuddin menggelar penandatanganan kerja sama Memorandum of Understandang (MoU) dengan Islamic Research and Training Institute (IRTI). Kerja sama dirangkaikan dengan kuliah umum dari Direktur Jenderal IRTI, Prof Dr Humayon Dar di lantai dua gedung Rektorat Unhas, Kamis (11/10).
Acara diawali dengan penandatanganan MoU antara Unhas dan IRTI dalam hal pengembangan studi ekonomi dan keuangan Islam di Unhas. Melalui kerja sama tersebut Unhas akan mengembangkan studi ekonomi dan keuangan yang berbasis syariah.
Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengucapkan terima kasih kepada IRTI yang bersedia bekerja sama dengan Unhas dalam pengembangan studi ekonomi dan keuangan syariah. Prof Dwia mengatakan, Unhas berencana membuka program studi ekonomi digital yang berbasis syariah.
Rencana tersebut masih akan digodok dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi keuangan dan ekonomi digital saat ini. Ia sudah berdiskusi banyak dengan dekan, wakil dekan, dan dosen tentang pembukaan program studi ekonomi syariah yang spesifik dan sesuai dengan perkembangan teknologi digital dan informasi. "Hasilnya, muncul pemikiran inovatif membuka program studi ekonomi digital berbasis syariah," kata Prof Dwia dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id.
Hanya saja rencana pembukaan program studi baru tersebut masih perlu penyesuaian dan kajian yang lebih jauh. Sehingga, Rektor Unhas berharap IRTI dan IDB (Islamic Development Bank) bisa membantu Unhas mengembangkan program studi baru tersebut.
Sementara itu, dalam kuliah umumnya, Prof Humayon Dar membahas tentang industri keuangan syariah global. Dia mengatakan, industri keuangan syariah tumbuh sangat pesat dalam sistem keuangan global. Saat ini, total aset di bank syariah di berbagai negara dunia terdapat sekitar 1,6 triliun dolar AS.
Dalam konfigurasi keuangan syariah global tersebut, Indonesia menyumbang 1,8 persen dari total saham aset perbankan syariah. Kontributor terbesar dari total aset bank syariah secara global adalah Iran (34,5 persen), menyusul Arab Saudi (24,4 persen), Uni Emirat Arab (9,3 persen), dan Malaysia (9,1 persen).
Humayon Dar mengatakan, potensi keuangan bank syariah akan tumbuh menjadi sekitar 6,5 triliun dolar AS pada tahun 2020 nanti. "Saya pikir Indonesia akan memainkan peran yang penting. Tahun ini, Indonesia akan menduduki posisi keenam dalam indeks rangking keuangan syariah global," kata Humayon Dar.
Direktur Jenderal IRTI tersebut mengungkapkan sejumlah tantangan industri keuangan syariah, di antaranya biaya transaksi yang lebih mahal, pilihan instrumen manajemen resiko yang terbatas, kerangka peraturan legal, persepsi tentang keuangan syariah, dan inklusi keuangan syariah.
Akan tetapi, ke depan menurut Humayon Dar, industri keuangan syariah akan terus berkembang secara signifikan. Lembaga-lembaga multilateral, seperti IMF dan Bank Dunia, telah mengakui eksistensi dan peran keuangan syariah secara global yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan dan bank syariah di berbabagi negara.
Malah, bank-bank konvensional turut mendirikan lembaga keuangan syariah. IMF, Bank Dunia, ADB, Afrika Develoment Bank dan lembaga multilateral lainnya telah mengakui besarnya peluang keuangan syariah yang sebelumnya dianggap berisiko.
Selain itu, ekonomi dan keuangan syariah Humayon Dar, mengatakan, telah menjadi salah satu program studi dan kualifikasi di berbagai universitas di dunia. Hal tersebut menunjukkan akan pentingnya ekonomi dan industri keuangan syariah secara global.
Dalam acara penandatanganan MoU dan kuliah umum ini, Unhas memberikan penghargaan gelar “topanrita” kepada Prof Humayon Dar sebagai mitra yang sangat peduli dengan pengembangan ekonomi syariah di Unhas. Serta telah mempromosikan ekonomi Islam di dunia. Sehingga ke depannya, Direktur IRTI tersebut akan selalu diundang menjadi pembicara dalam Program Studi Ekonomi Syariah.