REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Central Asia (BCA) menargetkan pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencapai 10 sampai 12 persen sampai akhir tahun. Perseroan menilai, tahun ini KPR mulai tumbuh meski tidak signifikan.
"Kalau angka pertumbuhan KPR per September saya baru bisa kasih angkanya setelah Analyst Meeting. Hanya saja sudah sekitar 10-an persen," ujar Executive Vice President of Consumer Credit Business BCA Felicia M Simon di Jakarta, Kamis, (11/10).
Ia menyebutkan, kualitas penyaluran KPR perusahaan pun masih terjaga. Per Juni 2018, rasio kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL) KPR BCA masih di posisi 1,4 persen.
"Maka saat ini, kita juga masih di bawah 1,5 persen. Jadi masih terkendali," ujar Felicia.
Dirinya menjelaskan, BCA tidak khawatir adanya NPL karena selalu mempertahankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan KPR. Lebih lanjut, ia menjelaskan tingginya kredit bermasalah sangat dipengaruhi cara bank dalam memproses kreditnya.
"Maka sepanjang prinsip dipertahankan. Seharusnya NPL bisa di-manage," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Felicia mengungkapkan pula, setelah Bank Indonesia (BI) merelaksasi Loan to Value (LTV), sektor properti memang mulai menggeliat. "Memang sudah ada yang kondisinya lebih baik. Hanya memang masih belum signifikan," ujarnya.
BCA mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 8,4 persen year on year (yoy) pada semester pertama 2018. Laba perseroan tercatat Rp 11,4 triliun dari sebelumnya pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 10,5 triliun.