Kamis 11 Oct 2018 10:19 WIB

Rupiah dan IHSG Kompak Melemah Pagi Ini

Rupiah melemah ke posisi Rp 15.268 per dolar AS

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing. ilustrasi
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurs rupiah kembali dibuka melemah pagi ini, Kamis, (11/10). Dilansir Bloomberg, pelemahannya sebesar 0,16 persen atau 24 poin di level Rp 15.224 per dolar AS.

Sejam kemudian atau pukul 09.00 WIB, mata uang Garuda tersebut semakin terperosok. Dengan pelemahan mencapai 68 poin ke Rp 15.268 per dolar AS.

Baca Juga

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail memperkirakan, dolar indeks bergerak melemah terhadap beberapa mata uang kuat utama dunia lainnya. Hal itu didorong melemahnya data indeks harga jual di level produsen atau Produce Price Index (PPI) di September sebesar 2,6 persen year on year (yoy), sebelumnya 2,8 persen yoy.

"Turunnya data PPI itu mendorong penurunan yield US treasury 10 tahun sebesar 7 basis poin (bps) ke 3,16 persen," ujar Ahmad melalui laporan analisis hariannya, Kamis, (11/10). Penurunan tersebut menurutnya, bisa mendorong arus masuk ke pasar obligasi Indonesia.

Dengan begitu, kata dia, seharunya bisa mendorong penguatan rupiah. Seperti diketahui, dalam seminggu terakhir pergerakan rupiah terus tertekan.

Sama dengan rupiah, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun terpantau melemah. Setelah dibuka melemah sebesar 1,49 persen atau 86,67 poin di 5.734, sekitar pukul 09.40 WIB, indeks saham kembali terjun bebas sebesar 1,64 persen atau 95,5 poin ke 5.725,16.

Perlu diketahui, kemarin sore pemerintah mengumumkan kenaikan Bahan Bakar Minyak subsidi. Hanya saja tidak lama kemudian kenaikan itu dibatalkan.

Padahal Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Febrio Kacaribu menilai, pasar sudah merespon secara positif ketika pengumuman tentang harga BBM tidak bersubsidi dinaikkan. "Maka kenaikan harga premium (BBM subsidi) seharusnya akan mendapat respon lebih positif lagi," jelasnya kepada Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement