REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Bank Dunia (World Bank) siap mendukung pemerintah Indonesia jika diperlukan, terkait upaya rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah bencana di Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan Palu (Sulawesi Tengah). CEO Bank Dunia, Kristalina Georgieva mengatakan dirinya telah bertemu langsung dengan Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla menawarkan dukungan tersebut.
"Saya senang menawarkan paket dukungan cepat tanggap kepada pemerintah Indonesia jika diperlukan. Dukungan ini tersedia jika pemerintah meminta," kata Georgieva di Nusa Dua, Rabu (10/10).
Bank Dunia mendukung pemerintah Indonesia bersama komunitas multilateral dan internasional menghadapi tragedi bencana di Indonesia. Indonesia, menurut Georgieva adalah negara tangguh dengan pengalaman dan keahlian mendalam terkait pengelolaan kesiapan, pembiayaan, dan respons bencana alam.
"Kami siap memperluas dukungan kami dengan segera meningkatkan kegiatan untuk membangun ketahanan dan memastikan Indonesia mempertahankan trayektori ekonomi positifnya," ujarnya.
Bank Dunia mengusulkan empat paket tanggap bencana di Indonesia. Pertama, penambahan perlindungan sosial dalam membantu mereka yang terdampak langsung bencana di Sulawesi Tengah. Kedua, dana darurat mandiri untuk membangun kembali fasilitas publik yang penting dan aset infrastruktur, termasuk rumah sakit, sekolah, jembatan, jalan kampung, jalan raya, infrastruktur penyedia air bersih, dan penguatan sistem pemantauan dan peringatan dini bencana.
Ketiga, pendanaan terkait rekonstruksi dan rehabilitasi pemukiman dan infrastruktur, serta layanan lingkungan. Keempat, program bantuan teknis untuk mendukung dan memandu seluruh paket.
Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim secara terpisah mengatakan pihaknya memiliki pengalaman di 60 negara terkait rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang bisa diadopsi Indonesia. Bank Dunia memastikan instrumen berkesinambungan untuk memastikan negara memiliki pembiayaan memadai saat bencana terjadi.
"Ada lebih dari 25 miliar dolar AS dalam bentuk kredit yang bisa digunakan untuk ekuitas bencana yang ada. Kami juga mempunyai 39 miliar dolar AS dana katastropi," katanya.
Kim mencontohkan negara di kawasan Pasifik pernah mengucurkan 1,3 miliar dolar AS untuk Chile dan Peru saat terjadi bencana di kedua negara tersebut. Bentuknya berupa asuransi menghadapi risiko bencana.
"Dari sini terlihat bahwa kita bisa mengajak dunia internasional untuk ikut menanggung beban bencana besar bersama," katanya.
Kim menilai Indonesia memerlukan skema asuransi bencana alam, perlindungan sosial untuk rumah tangga, khususnya rumah tangga miskin, dan menyiapkan dana cadangan. Dalam beberapa hari ke depan selama pelaksanaan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali, Bank Dunia akan membantu Indonesia menyiapkan strategi tersebut.
Baca juga, Pemerintah Siapkan Skema Asuransi Risiko Bencana