Kamis 04 Oct 2018 14:54 WIB

Penggunaan Batubara tak Bisa Hilang 100 Persen

Di masa depan, batu bara berfungsi sebagai penyeimbang.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Penguatan Harga Batubara. Kapal tunda menarik tongkang batubara di Sungai Musi, Palembang, Ahad (2/9).
Foto: Republika/ Wihdan
Penguatan Harga Batubara. Kapal tunda menarik tongkang batubara di Sungai Musi, Palembang, Ahad (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tantangan Indonesia untuk bisa menciptakan energi bersih tidak lantas bisa menghilangkan 100 persen penggunaan batubara untuk bahan baku produksi. Meski Indonesia memiliki target clean energy, penggunaan batubara sebagai bahan bakar tidak bisa dihilangkan.

Direktur Sumber Daya Energi Mineral dan Pertambangan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Josephat Rizal Prima menjelaskan dalam konteks batubara, hari ini hanya batubara yang merupakan bahan bakar paling murah dan terjamin pasokannya untuk bisa menjadi bahan baku utama. Hanya saja berkembangnya semangat energi bersih membuat pemerintah juga harus mengembangkan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Rizal mengatakan win win solution atas tantangan ini adalah batubara tidak lagi harus jadi sumber energi primer. Ke depan, batubara meski tidak bisa dihilangkan 100 persen perannya harus menjadi penyeimbang.

"Batubara sebagai penyeimbang, kita tetap ketengahkan untuk pakai energi hijau, ketika itu tidak cukup maka pakai batubara," ujar Rizal di Hotel Aryaduta, Kamis (4/10).

Rizal mengatakan pada 2050 Batubara hanya akan berkontribusi sebesar 30 persen dari sumber energi dalam negeri. Apalagi, kata Rizal, jika sumber energi terbarukan bisa ditingkatkan menjadi 50 persen.

"Kalau energi terbarukan bisa ditingkatkan 50 persen maka kebutuhan batubara bisa diturunkan. Energi terbarukan itu ada air, angin, matahari, biomasa, dan geothermal," ujar Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement