Kamis 04 Oct 2018 09:16 WIB

KLHK: PLTA Batangtoru Aman Bagi Orangutan

Operasi pembangkit listrik tenaga air justru membutuhkan keberadaan orangutan.

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Foto: ANTARA FOTO/Irfan Anshori
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil pemantauan berkesinambungan oleh tim Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan pembangunan prasarana PLTA Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, masih aman bagi orangutan. Pemerintah optimistis kegiatan pembangunan berjalan sesuai regulasi dan ramah lingkungan karena saat beroperasi PLTA Batangtoru justru membutuhkan hutan yang lestari dan proorangutan untuk kesinambungan pasokan air bakunya.

Direktur Jenderal KSDAE KLHK Wiratno berharap, pembangunan PLTA Batang Toru hingga selesai dan beroperasi nantinya benar-benar tidak berdampak negatif untuk orangutan. Terlebih lagi, operasionalisasi PLTA sangat bagus untuk mendukung keberadaan hutan yang menjadi habitat orang utan.

"PLTA butuh hutan yang bagus juga," kata Wiratno.

Dia menjelaskan, orangutan memang menjauh dari lokasi pembangunan jalan untuk pengembangan PLTA Batangtoru, tetapi tidak ada dampak fisik terhadap mereka. Pengelolaan konservasi seiring dengan pembangunan di PLTA Batangtoru dan bisa menjadi contoh bahwa keduanya bisa berjalan beriringan.

Sampai saat ini, tim pemantauan berkesinambungan yang dibentuk Ditjen KSDAE KLHK telah tiga pekan bekerja di lapangan. Wiratno meminta PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE),pengembang PLTA Batangtoru, untuk membentuk tim serupa.

KLHK juga meminta PT NSHE untuk membuat tiga hingga empat jembatan arboreal untuk menghubungkan populasi orangutan yang terpisah pada tiga habitat utama di ekosistem Batangtoru. Jembatan arboreal bisa dibangun dengan memanfatkan sling baja. PT NSHE juga diminta untuk menanam pohon-pohon yang menjadi pakan orangutan.

Wiratno mengapresiasi pemerintah daerah dan masyarakat setempat yang memiliki kepedulian dengan keberadaan orangutan. Masyarakat di daerah itu tidak menganggap orang utan sebagai hama sehingga menerima satwa tersebut untuk hidup berdampingan.

Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara juga dinilai memiliki komitmen kuat untuk perlindungan orang utan. "Saya terima laporan, Bupati Tapanuli Selatan sangat aktif untuk melindungi orang utan,"  katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement