REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Cina sejak awal tahun memutuskan untuk membatasi impor untuk memenuhi kebutuhan batu baranya. Presiden Direktur PT Adaro Energy, Tbk Garibaldi Thohir mengatakan meski ada kebijakan tersebut namun tidak berdampak signifikan terhadap penjualan batu bara Adaro.
Sebab kata Boy, pihaknya menerapkan sebaran pasar yang luas. Hal ini membuat Adaro tidak terpaku atas kondisi sebuah negara, karena pasar Adaro tersebar dan tidak khusus memasok hanya untuk satu pasar saja.
"Untuk Adaro kita memang tidak terlalu berdampak karena kebetulan Adaro sudah dari jauh-jauh hari mendiversifikasikan pasar ekspor. Penjualan ke Cina itu kurang dari 10 persen, jadi nggak terlalu berdampak," ujar Boy di Kemenkeu, Rabu (3/10).
Boy merinci pasar Adaro saat ini yang besar masih merupakan pasar domestik. Sedangkan untuk ekspor, terbagi bagi atas beberapa negara yang komposisinya hampir sama. "Pasar sih kita kemana-mana, ke 17 negara. Tapi paling besar ke pasar domestik, mungkin sekitar hampir 30 persen," ujar Boy.
Boy mengatakan persoalan pasar juga erat kaitannya dengan harga. Meski saat ini harga batu bara sedang turun, namun kata Boy fluktuasi harga bisa ditangani oleh strategi manajemen resiko perusahaan.
"Harga kan saya sudah bilang nggak bisa diprediksi. Karena strategi kita tidak hanya tergantung pada satu pasar, jadi risikonya juga tersebar sehingga kita bisa mengantisipasi harga jual yang tiba-tiba drop dengan kontrak long term. Secara keseluruhan masih sesuai dengan perencanaan kita," ujar Boy.