Rabu 03 Oct 2018 13:16 WIB

Adaro Konversikan Transaksi 1,7 Miliar Dolar AS ke Rupiah

Dalam setahun nilai transaksi yang dilakukan Adaro mencapai Rp 25 triliun

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir dalam sebuah kesempatan bersama baru-baru ini.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir dalam sebuah kesempatan bersama baru-baru ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy, Tbk memutuskan untuk melakukan transaksi bisnisnya menggunakan rupiah dengan beberapa mitra kerjanya. Dalam tahun ini, Adaro mentargetkan transaksi yang bisa dikonversi ke rupiah sebanyak 1,7 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 25 triliun.

Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan 1,7 miliar dolar AS merupakan transaksi pembayaran Adaro ke beberapa mitra kerja. Boy sapaan akrab Garibaldi mengatakan langkah ini merupakan salah satu dukungan pengusaha kepada negara untuk bisa menstabilkan posisi rupiah atas dolar AS.

"Ini semoga impactnya bisa kasih sesuatu yang positif buat negara. Jadi dengan ini kita sama sama pembayaran transaksi yang tadinya pakai dolar AS, kita sekarang bayar pakai rupiah. Jumlahnya setahun kita melakukan pembayaran 1,7 miliar dolar AS. Dan itu kalau di konversi ke rupiah setara dengan Rp 25 triliun," ujar Boy di Kementerian Keuangan, Rabu (3/10).

Boy menjelaskan dalam satu tahun biasanya Adaro melakukan transaksi dolar AS hampir 2 miliar dolar AS. Namun, kata Boy, karena kesepakatan dengan mitra kerja untuk melakukan transaksi melalui rupiah maka Boy mengubah pola transaksi.

"Setahun total transaksi yang pakai dolar sekitar 1,9-2 miliar dolar AS. Ini transaksi sama tiga komponen. Satu, komponen pajak dan royalti, lalu komponen besar feul, lalu kontraktor main kita. yang sisanya kecil kecil sih," ujar Boy.

Boy merinci, transaksi dalam satu tahun transaksi Adaro terdiri dari pembayaran royalti sebesar 600-700 juta dolar AS per tahun. Sedangkan transaksi ke Pertamina untuk membayar bahan bakar sekitar 400-500 juta dolar AS per tahun. Ketiga, transaksi ke kontraktor pengerukan batubara sekitar 600- 700 dolar AS per tahun.

"Sebagian udah bayar pakai rupiah. memang sebagian kan berhubungan sama kontrak lama harus pakai dolar AS. tapi mulai sekarang kita komit. Ya nggak revisi kontrak sih, tapi yaudahlah. Kita ngobrol B to B, gimana nih kita transaksinya pakai rupiah aja," ujar Boy.

Boy tak menampik dengan melakukan transaksi ke rupiah ini memang akan ada perubahan kurs sebab selama ini transaksi dilakukan dengan dolar. Hanya saja, kata Boy, perbedaan kurs tersebut tidak terlalu berdampak pada kondisi keuangan perusahaan.

"Nggak ada sih, cuman kan kurs, tapi ya sudahlah, misalnya kayak makan di warung, kita kasih tips lah 500 perak dibandingkan dengan bayar 100 ribu. Jadi, saya sih lihat, lupain beda beda kurs dikit, ya rugi rugi dikit, tapi it's ok lah," ujar Boy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement