Selasa 02 Oct 2018 10:46 WIB

Nilai Tukar Petani Naik, Kementan: Petani Makin Sejahtera

Pembangunan pertanian di tanah air terus menunjukan hasilnya.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Seorang petani membersihkan rumput liar di antara padi di areal persawahan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (17/9). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada September 2018 meningkat 0,59 persen.
Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Seorang petani membersihkan rumput liar di antara padi di areal persawahan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (17/9). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada September 2018 meningkat 0,59 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Kariyasa menyambut baik atas kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) per September 2018. Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS), NTP bulan lalu mencapai 103,17 atau naik 0,59 persen dibandingkan periode Agustus.

Ketut menjelaskan, kenaikan indeks harga yang diterima petani menunjukan peningkatan kesejahteraan petani di tanah air. "Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di Indonesia. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (2/10).

Ketut menambahkan, deflasi yang disebabkan oleh penurunan harga bahan makanan juga menunjukan hasil upaya meningkatkan produksi komoditas pangan. Menurutnya, patut disyukuri bahwa pembangunan pertanian di tanah air terus menunjukan hasilnya.

Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, kenaikan NTP tak lepas dari indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,26 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,33 persen.

"Nilai tukar petani di September naik 0,59 persen," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di gedung BPS, Senin (1/10).

Secara keseluruhan, subsektor NTP mengalami kenaikan, seperti tanaman pangan, perkebunan rakyat, perikanan. Adapun sektor yang mengalami penurunan adalah hortikultura dan peternakan.

BPS juga mencatat pada September 2018 terjadi deflasi di perdesaan di Indonesia sebesar 0,59 persen yang disebabkan oleh kelompok bahan makanan cukup besar. Sementara indeks konsumsi rumah tangga lainnya naik.

Suhariyanto mengungkapkan, penurunan harga bahan makanan menjadi penyebab deflasi September 2018. Jenis bahan makanan yang mengalami penurunan harga di antaranya, daging ayam ras yang memberikan andil deflasi 0,13 persen. Kemudian penurunan harga bawang merah dan ikan segar yang masing-masing berikan andil 0,05 persen dan 0,04 persen. Beberapa sayuran, cabai rawit, dan telur ayam juga turun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement