REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peternak ayam masih mengeluhkan harga jagung yang tinggi. Saat ini harga jagung Rp 5.200 per kilogram (kg).
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko mengatakan, petani memang masih memproduksi jagung namun harga wajar berada di angka Rp 4.000 per kg hingga Rp 4.500 per kg.
Dengan harga yang tinggi, menurut Singgih produksi jagung masih kurang. Sehingga sulit membuat harga jagung berada di angka wajar.
"Kalau pemerintah klaim itu surplus, maka harga seharusnya mengikuti turun," katanya, Senin (1/10).
Ia menambahkan, harga jagung di Jakarta Rp 5.200 per kg dan Rp 5.100-Rp 5.200 per kg di Jawa Timur. Jagung yang masuk ke Jakarta banyak didatangkan dari Sumatera, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahkan harga jagung di Sulawesi Rp 4.500 per kg. Selisih harga ini karena adanya beban transportasi.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian menyebut masalah distribusi menjadi penyebab tingginya harga jagung. Sementara produksi jagung dalam keadaan baik.
Guna mengatasi kesulitan distribusi, industri pakan dan peternak diminta mendekati sentra jagung. Menanggapi hal tersebut, Singgih mengaku kesulitan jika peternak layer yang merupakan skala rumah tangga seperti di Blitar harus pindah.
"Membuat sih bisa tapi pasarnya di sini apalagi biaya ayam mahal, broiler juga butuh listrik dan cost farm besar," ujarnya. Ia menekankan, yang diperlukan peternak adalah dekat dengan pasar.
Permintaan daging ayam dan telur yang terbesar berada di pulau Jawa. Kebutuhan ayam dan telur di Jawa menyerap 60 persen produksi nasional. Di Jabodetabek saja, diperlukan dua hingga tiga juta ton daging ayam per hari. Sehingga sulit untuk peternak mendekati sentra jagung.
Namun pabrik pakan sangat memungkinkan untuk membangun dekat sentra jagung. Sebab industri bisa membangun silo.
"Baiknya bangun silo di Gorontalo atau di lokasi sana yang produksi jagung besar," katanya.
Menurutnya, saat ini sekitar 60 persen hingga 70 persen pabrik pakan berada di Jawa. Hal tersebut membuat peternak layer dengan industri pakan memperebutkan jagung.
"Peternak kalah, karena mereka ngga bisa cash," katanya.