Kamis 07 Mar 2024 09:50 WIB

Harga Telur Naik Dikaitkan Bantuan Penanganan Stunting, Ini Respons Bapanas

Kenaikan telur di pasaran terjadi karena kenaikan harga pakan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat hadir di Rakornas Penanganan Kerawanan Pangan dan Gizi di Depok, Jawa Barat.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat hadir di Rakornas Penanganan Kerawanan Pangan dan Gizi di Depok, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi merespons isu yang menyebut kenaikan harga telur di pasar dikaitkan dengan bantuan pangan penanganan stunting. Arief menegaskan, bantuan pangan penanganan stunting belum mulai dilakukan kembali oleh pemerintah.

"Ada isu yang bilang harga telur itu naik, katanya karena adanya program bantuan pangan telur. Saya jelaskan bantuan pangan dari NFA bersama ID Food berupa telur dan daging ayam bagi keluarga risiko stunting, belum kita mulai," kata Arief dikutip dari siaran persnya, Kamis (7/3/2024).

Baca Juga

Arief pun menjelaskan kenaikan telur di pasaran terjadi karena kenaikan harga pakan.

Diketahui, panel harga pangan per 5 Maret mencatat harga rerata nasional telur ayam ras di tingkat konsumen menyentuh Rp 31.589 per kilogram (kg). Sementara harga jagung pakan ternak di tingkat petani rerata nasional di Rp 5.480 per kg.

Ia mengatakan unsur krusial pembentuk harga telur ayam ras terletak pada harga jagung pakan yang saat itu mendekati Rp 9.000. Karena itu, sejak tahun lalu pemerintah telah menggelontorkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan ke para peternak dengan harga Rp 5.000 per kg.

"Mengenai harga telur dan ayam hari ini, 50 persen lebih itu karena pakannya dari jagung pipilan kering. Waktu itu harga jagung mendekati Rp 9.000 per kg, sehingga pemerintah melakukan importasi melalui Perum Bulog sejumlah 250 ribu ton dan disalurkan ke peternak-peternak mandiri kecil sesuai verifikasi data yang diperoleh dari Dirjen PKH Kementan (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian)," kata Arief.

Sampai 6 Maret, Perum Bulog dalam menyalurkan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) sebagai bagian dari program SPHP telah menyentuh angka 201 ribu ton atau 51 persen dari total alokasi 343 ribu ton. Sebaran peternak ada di 18 provinsi antara lain DKI Jakarta & Banten, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.

Sebagaimana Kerangka Sampel Area (KSA) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Januari 2024, produksi jagung di Maret ini diperkirakan mengalami akselerasi hingga mencapai angka 2,2 juta ton. Sementara produksi jagung di Januari 0,48 juta ton dan Februari 0,76 juta ton. Dengan ini, realisasi produksi jagung Februari Maret mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Ia pun memastikan pasokan pangan dalam kondisi aman dalam menyambut Ramadhan dan Idul Fitri.

"Kita telah gelar Rakornas HBKN dengan semua stakeholder se-Indonesia. Kesimpulannya adalah stok pangan kita dalam kondisi aman, khususnya dalam menghadapi Ramadan dan Idulfitri. Kita telah meminta semua pemerintah daerah intensifkan operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) dan melakukan pemantauan rutin ke semua jenis pasar. Jadi nanti saat Lebaran, harganya sangat baik," kata Arief.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement