Jumat 28 Sep 2018 08:36 WIB

Entaskan Kemiskinan, Mentan Monitor Program Bekerja di Garut

Mentan optimistis Program Bekerja mampu mensejahterakan masyarakat

Red: EH Ismail
Menteri Pertanian Amran Sulaiman memetik buah jeruk usai Peluncuran Sejuta Bibit Jeruk di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) di Batu, Jawa Timur, Selasa (17/8).
Foto: ANTARA FOTO
Menteri Pertanian Amran Sulaiman memetik buah jeruk usai Peluncuran Sejuta Bibit Jeruk di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) di Batu, Jawa Timur, Selasa (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memonitor Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) di Desa Talagawangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Program ini untuk mengentaskan kemiskinan berbasis pertanian.

"Ini adalah program Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Kemensos, BUMN, Kemendes, BKKBN. Di Kecamatan Pakenjeng ini termasuk daerah terpencil, perintah Bapak presiden agar membangun negara dari pinggiran agar masyarakat di daerah-daerah pelosok sejahtera,” kata Amran saat memberi sambutan di lokasi Program Bekerja, Kamis (27/9).

Menurut Amran, Program Bekerja sangat bagus karena dilakukan dengan tahapan jangka pendek sampai jangka panjang. Program ini dikembangkan dengan sistem klaster. Untuk jangka pendek, melalui penanaman tanaman komoditas harian yakni sayur-sayuran. Jangka menengah, dengan pemberian 50 ekor ayam per rumah tangga pra sejahtera. Adapun ayam yang diberikan jenis petelur yang berumur dua bulan.

“Yang dikatakan miskin, pendapatannya kurang dari Rp 1,4 juta per bulan. Tahun ini Kementan sediakan bantuan ayam 6 juta ekor berikut kandang dan pakan serta pendampingan. Tahun depan dua kali lipat. Bantuan juga berupa tanaman perkebunan, ada kopi dan hortikultura yaitu sayur-sayuran. Jadi bantuan jangka pendek, menengah dan panjang,” jelasnya.

Amran optimistis, bantuan Program Bekerja mampu mensejahterakan masyarakat.  Misalnya, budidaya ayam mampu bertelur saat usia enam bulan sebanyak 50 butir per hari dengan masa produktif tiga tahun.

"Kalau 50 telur per hari, pendapatan Rp2 juta sampai Rp2,5 juta per bulan. Masyarakat pra sejahtera pendapatan Rp1,4 juta. Ditambah Rp2,5 juta, berarti Rp3,5 juta per bulan. Begitu pun dengan kopi. Setelah tiga tahun akan berbuah, bisa memberikan tambahan pendapatan. Artinya masyarakat bisa lepas dari kemiskinan,” ujarnya.

Amran menambahkan, pengelolaan Program Bekerja dilakukan dengan sistem klaster bertujuan agar terbangun industri olahan yang langsung mengolah dan memasarkan produk pangan petani. Dengan demikian, tidak lagi sebagai penghasil bahan pangan mentah, tetapi juga mampu menghasilkan produk akhir yang memberikan keuntungan yang lebih besar.

“Kita bangun program kemiskinan ini dengan sistem klaster. Bila perlu ada 1 jenis tanaman per klaster, karena kita ingin berskala industri. Kita akan bangun industri, jadi kopi diolah langsung di desa dengan kemasan industri. Manfaatnya tidak hanya menjamin pendapatan petani, tapi juga membuka lapangan kerja baru,” tuturnya.

Sekretaris Daerah Garut, Rohayati mengapresiasi Kementan yang telah menyalurkan Program Bekerja. Program ini sesuai dengan kebutuhan daerah untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

“Program bekerja menyasar 14 kecamatan dari 42 total kecamatan di Garut. Pemda garut mengucapkan terima kasih kepada Kementan. di Garut terdapat 11.381 rumah tangga miskin di sektor pertanian. Kami yakin program ini bisa mengentaskan kemiskinan di pedesaan,” pungkasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement