REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak senang dengan keputusan Bank Sentral AS, Federal Reserve yang menaikkan suku bunga. Adapun di sisi lain, kenaikan suku bunga ini menunjukan penguatan ekonomi AS.
"Kami telah melakukan banyak hal, tapi sayangnya mereka telah menaikkan suku bunga, saya tidak senang dengan hal itu," ujar Trump dalam konferensi pers, seperti dilansir Reuters, Kamis (27/9).
Trump mengatakan, dirinya fokus untuk mendorong pertumbuhan industri di dalam negeri dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dia khawatir kenaikan suku bunga justru akan membuat industri melemah.
"Saya lebih memilih untuk membayar tagihan, atau membuka lapangan kerja, jadi saya khawatir dengan kenaikan suku bunga ini," kata Trump.
Diketahui, Federal Reserve pada Rabu (26/9) lalu menaikkan suku bunga jangka pendeknya sebesar 25 basis poin. Ini merupakan kenaikan suku bunga ketiga tahun ini, dan langkah kedelapan sejak akhir 2015.
The Fed mengatakan pasar tenaga kerja AS telah terus menguat. Kegiatan ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat dengan belanja rumah tangga dan investasi tetap atau investasi modal bisnis tumbuh 'kuat'.
"Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar kerja dan inflasi, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan kisaran target tingkat suku bunga federal fund (FFR) menjadi 2,00 hingga 2,25 persen," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan dua hari.