Senin 24 Sep 2018 16:14 WIB

Inggris Ajak Indonesia Terbitkan Obligasi di Bursa London

Indonesia masih memantau kondisi investor di bursa saham London pasca-Brexit

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nidia Zuraya
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Inggris mengajak dunia usaha dan pemerintah Indonesia untuk menerbitkan obligasi di bursa saham London. Hal itu disampaikan oleh Menteri Ekonomi Inggris John Glen usai mengadakan pertemuan dengan Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati.

"Kami melihat potensi kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam sektor pembiayaan ramah lingkungan yang dikaitkan dengan program dana kesejahteraan global kami," kata Glen di kantor Kemenkeu, Jakarta pada (24/9).

Glen menjelaskan, dana tersebut merupakan dana yang dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur ramah lingkungan. Dia menyampaikan, pemerintah Inggris dan Indonesia memiliki kesepahaman untuk mencegah perubahan iklim.

Meski belum membahas detail terkait jumlah investasi, dia menekankan Inggris tetap terbuka terutama dalam periode pasca-Brexit. Dia pun meyakini, bursa saham London masih akan tetap menjadi pusat keuangan global.

Glen juga menegaskan, Indonesia adalah mitra strategis Inggris bersama dengan sejumlah negara Asia lainnya. Setelah berkunjung ke Indonesia, dia juga akan mengunjungi Malaysia dan Jepang.

"Kami melihat pertumbuhan kelas menengah dan peluang besar di sektor keuangan dan perbankan," kata Glen.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan mempertimbangkan tawaran dari Glen. Salah satu yang menjadi perhatian Sri adalah kondisi investor di bursa saham London pasca-Brexit.

"Tentu saja juga menanyakan bagaimana ke depannya sesudah Brexit. Apakah posisi London (bursa) akan tetap sama terutama negara-negara lain di Eropa seperti Prancis ingin jadi pusat keuangan dunia," kata Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement