Kamis 20 Sep 2018 16:38 WIB

Permintaan Garam Meningkat

Kondisi cuaca yang mendung membuat produksi garam tidak terlalu tinggi.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Pekerja memeriksa rumah garam di desa Cemara, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (3/5).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Pekerja memeriksa rumah garam di desa Cemara, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (3/5).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Permintaan terhadap garam petani di Kabupaten Indramayu mengalami peningkatan. Namun, faktor cuaca mendung yang terjadi dua hari terakhir membuat produksi garam sedikit menurun.

Salah seorang petani garam di Kecamatan Losarang, Robedi, menyebutkan, garamnya selama ini memasok kebutuhan sejumlah industri pembuatan garam halus di Jabodetabek. Selain itu, ada pula pabrik pengolahan ikan di Lampung, yang juga rutin meminta kiriman garam darinya.

Dalam sehari, lanjut Robedi, permintaan garam dari para pelanggannya rata-rata mencapai 70 ton sampai 75 ton. Namun dalam beberapa hari terakhir, permintaan meningkat menjadi 100 ton per hari.

"Saya tidak tahu kenapa permintaan jadi meningkat. Mungkin untuk stok mereka," kata Robedi kepada Republika.co.id, Kamis (20/9).

Namun, saat permintaan meningkat, faktor cuaca ternyata kurang mendukung. Dalam dua hari terakhir, cuaca di wilayah Kabupaten Indramayu mendung bahkan gerimis meski hanya beberapa menit.

Saat cuaca panas, Robedi menyebutkan, panen garamnya bisa mencapai rata-rata 1,5 ton per hektare setiap harinya. Namun karena mendung, hasil panennya hanya sekitar satu ton per hektare per hari.  

"Untuk menutupi kekurangan itu, saya sekarang sedang mencari garam ke wilayah Kecamatan Krangkeng dan Kecamatan Karangampel (Kabupaten Indramayu)," tutur Robedi.

Mengenai harga garam, Robedi menyebutkan, saat ini masih bertahan di angka Rp 1.000 per kilogram. Harga tersebut turun jauh dibandingkan saat awal panen pada awal Juli lalu yang mencapai Rp 1.500 sampai Rp 1.600 per kilogram.

Meski harganya turun, Robedi mengakui tingginya produksi sejak awal panen hingga saat ini membuat nasib petani garam masih tertolong. Tingginya permintaan juga turut membantu petani mendapat keuntungan.

Hal senada diungkapkan seorang petani garam di Desa Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Sutarno. Meski harga garam turun, cuaca panas selama musim kemarau tahun ini membuat produksi garam jadi tinggi.

"Permintaan dari pengusaha ikan asin juga banyak. Jadi tidak sulit menjual garam," kata Sutarno.

Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn menjelaskan, saat ini memang sedang ada gangguan cuaca regional berupa sirkulasi udara tertutup atau biasa disebut Sirkulasi EDDY yang berada di sekitar Kalimantan. "Ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin di wilayah Jawa barat dan kelembaban udara yang cukup basah," tutur Faiz.

Kondisi itupun mendukung pertumbuhan awan-awan hujan sehingga terjadilah hujan. Namun, gangguan cuaca tersebut bersifat sementara atau harian dan diprediksi hingga tiga hari ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement