Kamis 20 Sep 2018 13:22 WIB

Amartha Sosialisasi Fintech di Bandar Lampung

Masyarakat disarankan lebih teliti dalam memilih akses permodalan.

Vice President of Marketing, Fadilla Tourizqua Zain.
Foto: Amartha
Vice President of Marketing, Fadilla Tourizqua Zain.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Amartha melakukan sosialisasi Financial Technology (fintech) dan Peer to Peer Lending (p2p lending) kepada Pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) pada 17 September 2018 di Bandar Lampung. Acara yang digelar oleh Kementerian Perindustrian Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengenal lebih jauh mengenai fintech dan p2p lending.

Vice President of Marketing, Fadilla Tourizqua Zain atau yang akrab disapa Ika Zain mengatakan saat ini akses permodalan semakin beragam. Oleh karena itu, masyarakat harus teliti dalam memilih akses permodalan tersebut. "Akses modal kini lebih beragam, dan harus pilih yang sudah diawasi oleh OJK. Pilih yang kredibel," kata Ika Zain di Bandar Lampung.

Ika menjelaskan Amartha sendiri telah terdaftar dan diawasi OJK sebagai Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dengan nomor registrasi S-2491/NB.111/2017. Amartha yang berdiri pada 2010 ini berperan dalam menghubungkan pendana dengan peminjam yang merupakan pengusaha mikro perempuan di desa.

photo
Vice President of Marketing, Fadilla Tourizqua Zain.

“Amartha membuka akses untuk pengusaha mikro agar mendapatkan pendanaan yang adil dan ringan, serta pendana urban untuk menambah aset investasi mereka sambil memberi dampak sosial. Saat ini Amartha telah menjangkau wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta,” tutur Ika.

Ika menjelaskan Amartha berkomitmen mengurangi angka kemiskinan melalui akses pembiayaan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam periode penelitian antara tahun 2015-2017, pendapatan rata-rata mitra usaha Amartha meningkat dari Rp 2,53 juta menjadi Rp 3,47 juta.

"Menggunakan standar kelayakan hidup sebesar 1,90 dolar AS per orang per hari, maka jumlah mitra yang keluar dari garis batas kemiskinan adalah sebanyak 41 persen dalam waktu dua tahun dibandingkan dengan sebelum bermitra dengan Amartha," ujar Ika.

Ika menuturkan 100 persen mitra usaha Amartha adalah perempuan. Ini karena, Amartha memahami bahwa pembangunan yang berkelanjutan harus memperhatikan kesetaraan gender. Hal penting yang dilakukan oleh Amartha adalah melakukan pelatihan literasi keuangan dan memberdayakan mereka secara ekonomi untuk mempersiapkan keluarga yang lebih sejahtera.

"Saat ini, kami telah menyalurkan Rp 540 milyar pembiayaan kepada 131 ribu pengusaha mikro yang telah diberdayakan,"tutup Ika.

Salah satu peserta IKM Yanti (35 tahun) mengatakan bangga bisa mengikuti acara tersebut. Dia menjadi lebih mengerti lebih dalam mengenai fintech terutama p2p lending.

"Kami secara pribadi peserta sosialisasi dan kami mewakili peserta IKM mengucapkan  ribuan  terima  kasih yang tak  terhingga, atas  ilmu  yang  diberikan kepada kami. Kami sangat bangga dan senang. Tema yang diangkat bermanfaat bagi  kami  semua, sehingga kami dari yang tidak tahu soal fintech jadi tahu,” kata Yanti.

Dia berharap acara ini diselenggarakan kembali agar semakin banyak masyarakat mengenal lebih dalam soal fintech. "Kalaupun nanti ada sosialisasi lagi. Kami mohon  disertakan kembali. Kami mohon bimbingan," ucap Yanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement