REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebanyak 3,6 juta barel minyak bumi di Indonesia hingga kini belum dalam diolah dan tak termanfaatkan. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, minyak bumi tersebut dalam status dead stock yang terdapat pada tangki-tangki fasilitas produksi migas milik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di seluruh Indonesia.
Dead stock atau unpumpable stock adalah volume produk minyak mentah hasil pengeboran yang mengendap di dalam tangki dan tidak dapat dipompa untuk penyaluran. Sehingga minyak dalam status dead stock tersebut tak termanfaatkan.
“Angka dead stock kita sekarang sekitar 3,6 juta barel di seluruh Indonesia. Nah, ini mampu enggak kita kurangi pada level yang reasonable,” kata Arcandra.
Ia mengatakan, pemerintah ingin agar stok minyak mentah yang selama ini mengendap tersebut dapat dimanfaatkan dan dijual untuk menambah penerimaan negara di sektor migas. “Pemerintah menginginkan stok-stok yang selama ini tidak bisa dipompa, diam di tangki, itu bisa kita bersihkan dan bisa kita jual. Sehingga yang dinamakan dead stock yang selama ini diam, menjadi bermanfaat,” ujarnya, dikutip dari laman setkab.go.id, Ahad (9/9).
Archandra menjelaskan, selama ini untuk wilayah kerja migas dengan kontrak bagi hasil skema cost recovery, dead stock berpotensi dibebankan pada biaya yang harus dibayarkan oleh negara. Hal ini pun dapat mengurangi PNBP migas dari kelebihan pembebanan cost recovery.
Ia pun optimistis dari sisi teknologi, KKKS di Indonesia mampu mengkonversi dead stock menjadi produk yang bermanfaat dan bisa dijual. Nantinya, ia akan melakukan evaluasi teknologi yang layak untuk digunakan.
“Karena isunya bukan masalah teknologi dan isu technical engineering. Hasil dari dead stock yang sudah diambil bisa dibawa ke kilang-kilang di dalam negeri untuk diolah kembali. Teknologinya ada, dari beberapa opsi nanti kita evaluasi mana yang secara teknologi feasible dan secara keekonomian masuk,” ujar Arcandra.