Sabtu 08 Sep 2018 10:22 WIB

Anwar Nasution: Fundamental Ekonomi Indonesia Lemah

Anjloknya nilai tukar rupiah karena pemerintah terlalu banyak mengimpor produk.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
Prof Anwar Nasution.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Prof Anwar Nasution.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior yang juga Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Prof Anwar Nasution menegaskan, anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar karena fundamental ekonomi Indonesia lemah sekali. Bukan karena faktor global atas menguatnya mata uang Paman Sam.

"Fundamental ekonomi Indonesia itu lemah sekali, omong kosong itu kalau pemerintah bilang ekonomi Indonesia kuat," jelas dia dalam sebuah diskusi di Gado-Gado Boplo Menteng, Jakarta, Sabtu (8/9).

Baca Juga

Dia menjabarkan ada beberapa faktor yang menyebabkan anjloknya nilai tukar rupiah. Pertama, yaitu dilihat dari rasio pajak Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) rendah sekali, hanya 10 persen. Berbeda dengan negara berkembang lain yang mencapai 20 persen.

Selain itu menurut dia, anjloknya nilai tukar rupiah juga disebabkan karena pemerintah terlalu banyak mengimpor produk ketimbang ekspor. "Jadi apa yang merdekanya negara kita? Ngutang mulu, sehingga sangat rawan terhadap gejolak seperti yang sekarang ini. Semua impor, kedelai saja impor. Itu yang jadi persoalan, maka sangat rawan," tegas Anwar.

Selain itu, dia melanjutkan, lembaga keuangan di Indonesia juga masih sangat lemah. Hal itu bisa dilihat dari eksistensi bank-bank milik BUMN yang cenderung kalah oleh eksistensi bank-bank luar seperti Maybank dan lain-lain. "Empat bank negara semuanya itu 'kampungan', enggak bisa lawan Maybank," kata dia.

Ditambah lagi, Anwar menjelaskan, selama ini tabungan pos juga sudah tidak jalan sehingga tidak ada lagi bank-bank yang mengembangkan potensi rakyat. Masalah lain yang juga berpengaruh yaitu setiap tahunnya jamaah umrah dan haji dari Indonesia selalu terbanyak namun tidak dimanfaatkan untuk mengokohkan ekonomi Indonesia di Makkah dan Madinah.

"Jamaah haji umrah kita terbanyak, tapi apakah di sana ada restoran Padang misalnya? Enggak ada. Ya paling warung-warung kecil. Ini yang salah, ini yang tidak dimanfaatkan dengan betul," tegas dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement