Kamis 06 Sep 2018 14:33 WIB

Jaga Rupiah, BI Tingkatkan Kewaspadaan

BI berjanji akan menstabilkan pasar valas untuk memastikan ketersediaan valas cukup.

Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing. ilustrasi
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) akan semaksimal mungkin menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari ancaman depresiasi yang secara luas (broadbased) melanda seluruh negara berkembang. Kewaspadaan ditingkatkan meskipun di pasar spot, Kamis, hingga pukul 12.00 WIB, rupiah masih menunjukkan tren penguatan.

Pada Kamis (6/9) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah berada di Rp 14.890 per dolar AS, setelah dibuka pada perdagangan Kamis pagi sebesar Rp 14.880 per dolar AS. "Bank Indonesia akan tetap konsisten dan sekuat tenaga melindungi rupiah dari pelemahan yang cepat dan tajam," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Jakarta, Kamis (6/9).

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok 14.891 per dolar AS, menguat jika dibanding dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.927 per dolar AS.

Selain itu, otoritas moneter berjanji akan menstabilisasi di pasar valas untuk memastikan ketersediaan valas mencukupi. "BI akan terus memastikan pergerakan likuiditas dan efisiensi di pasar valuta asing Indonesia tetap terjaga," ujarnya.

Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Bank Sentral terhitung sejak Kamis (30/8) hingga Selasa (4/9) sudah mengucurkan Rp 11,9 triliun untuk masuk ke pasar sekunder dan membeli SBN yang dilepas investor asing.

Bank Sentral juga mengapresiasi langkah yang tengah ditempuh pemerintah dalam mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan. Pada Rabu (5/9), pemerintah mengumumkan akan menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) impor terhadap 1.147 komoditas untuk mengurangi laju impor dan memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan.

BI memperkirakan, defisit neraca transaksi berjalan tahun ini di 2,5 persen produk domestik bruto (PDB), kemudian akan membaik pada tahun depan menjadi dua persen PDB.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement