Kamis 06 Sep 2018 12:28 WIB

Rupiah Melemah, Cadangan Devisa Terus Terkuras

Cadev akan terus terkuras selama faktor eksternal masih menjadi sentimen negatif.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Rupiah Menguat ( ilustrasi )
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Rupiah Menguat ( ilustrasi )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin menguras cadangan devisa. Pada Kamis (6/9) di pasar spot, rupiah menguat tipis 36 poin atau 0,24 persen menjadi Rp 14.891 per dolar AS dari posisi sebelumnya di Rp 14.927 per dolar AS.

Pelemahan rupiah masih terpengaruh oleh kondisi eksternal, yakni naiknya suku bunga acuan bank sentral AS The Fed yang berdampak pada arus modal keluar dari Indonesia. Bank Indonesia (BI) tidak tinggal diam. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh bank sentral untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. 

Intervensi ini tentunya menguras cadangan devisa (cadev) yang berdasarkan data terakhir, per Juli 2018 lalu, ada sebanyak 118,3 miliar dolar AS. "Selama faktor eksternal masih menjadi sentimen negatif, rupiah masih akan dalam pelemahan, dan cadangan devisa bisa terus terkuras," ujar Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual, kepada Republika.co.id, Kamis (6/9).

Baca juga, Pelemahan Rupiah Berdampak pada Cadangan Devisa

BI menyebutkan, posisi cadangan devisa sebesar 118,3 miliar dolar AS tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Namun, apabila cadangan devisa terus digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, diperkirakan data cadangan devisa pada bulan-bulan selanjutnya akan terus turun. Apalagi, kenaikan suku bunga acuan AS diperkirakan masih akan terjadi dua kali lagi hingga akhir tahun ini.

David menjelaskan, setiap bulan Indonesia melakukan impor dengan menghabiskan devisa sekitar 15-18 miliar dolar AS. Dengan demikian, posisi cadev diharapkan tidak tergerus hingga berada di bawah 80 miliar dolar AS.

"Kalau lima bulan impor berarti sekitar 80 miliar dolar AS sudah warning," kata David.

Menurut David, saat ini memang cukup sulit untuk mendorong rupiah untuk rebound menguat karena sentimen negatif sepenuhnya berasal dari eksternal. Upaya-upaya pemerintah dan bank sentral pun diharapkan dapat meningkatkan fundamental ekonomi dalam negeri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement