Kamis 06 Sep 2018 05:21 WIB

Pengamat: Impor Beras Ikut Andil Terhadap Pelemahan Rupiah

Pemerintah harus mengawasi peningkatan pembelian dolar AS.

Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pemerintah diminta menekan impor dan mengawasi ketat pembelian dolar AS. Hal ini menyusul terus menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Dolar diyakini menyentuh Rp 15 ribu.

"Kebijakan pemerintah yang mengimpor beras dan barang untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur yang gencar dilaksanakan memiliki peran juga mendorong pelemahan Rupiah sehingga harus ditekan," ujar pengamat ekonomi Sumut Wahyu Ario Pratomo di Medan, Rabu (6/9).

Menurut Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara itu, selain menekan impor, pemerintah juga harus mengawasi peningkatan pembelian dolar AS. Alasan dia, permintaan dolar AS yang terus meningkat akan menyebabkan Rupiah  semakin melemah. "Kekhawatiran terjadi kondisi seperti tahun 1998 harus diantisipasi," katanya.

Wahyu menyebutkan, kondisi saat ini sangat berbeda dari tahun 1998, karena secara fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Sehingga kalau ditangani secara baik, krisis itu bisa diatasi. "Pemerintah diminta menindak tegas spekulan dolar AS. Harus ada efek jera agar  spekulan lain takut melakukan hal yang sama," ujar Wahyu.

Baca juga, Rupiah Melemah, Menkeu: Kita Seleksi Impor.

Kalau diperlukan, kata dia, juga dibuat ajakan agar pejabat dan orang kaya yang memiliki dolar AS rela menjual dollarnya sebagai bukti bahwa menolong negara.

"Perlu aksi seperti di Malaysia. Masyarakat diimbau membantu keuangan negara yang dimulai dari para pejabat dan orang kaya yang memiliki dolar AS untuk menjual dollarnya," katanya.

Langkah pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan seperti tax holiday atau tax allowance karena memproduksi bahan penolong atau bahan baku industri, atau barang modal sebagai substitusi impor juga harus dilakukan. Ini agar tidak terjadi lagi ketergantungan impor.

Dia mengakui, nilai tukar dolar AS yang menguat menjadi Rp15 ribu disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Secara eksternal memang faktor pertumbuhan ekonomi AS yang tumbuh hingga 4,2 persen pada kuartal II 2018 menunjukkan capaian yang sangat tinggi sehingga The Fed akan kembali menaikkan suku bunga.

Isu itu menyebabkan aliran kapital akan masuk ke AS karena bunga yang tinggi di samping dolar AS merupakan mata uang yang paling stabil. "Dampaknya ke negara lain termasuk Indonesia dimana mata uang mengalami pelemahan karena cadangan devisa  yang berkurang," katanya.

Dari faktor internal, menguatnya dolar AS atas Rupiah membuat sebagian masyarakat mengambil kesempatan mencari keuntungan. "Pembelian dolar AS dalam jumlah besar di atas 25 ribu harus ada dasarnya atau 'underlying'. Namun dalam prakteknya bisa saja spekulan melakukan aksi pembelian," ujar Wahyu.

Eksportir yang tidak menjual dolarnya ke Rupiah dengan alasan untuk mengimpor bahan baku/bahan penolong atau barang modal juga bisa menambah menguatnya dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement