REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, di tengah kondisi ekonomi global yang melemah saat ini, Indonesia masih bisa menjaga stabilitas harga dan menekan laju angka kemiskinan. Hanya saja, Darmin mengakui bahwa pelemahan yang saat ini sedang diperbaiki pemerintah adalah transaksi berjalan.
"Ada dua hal dari sini karena ekspor tidak tumbuh lebih cepat daripada impor. Ketika ekonomi pulih, impor kita meningkat dengan cepat, ada barang konsumsi, tapi sebagian besar sekitar 90 persen adalah barang modal dan barang baku, hanya 10 persen barang konsumsi," ujar Darmin di DPR, Rabu (5/9).
Darmin menjelaskan, dengan ekspor yang digenjot, ternyata tidak semua valuta asing hasil ekspor bisa dibawa masuk kembali ke dalam negeri. Hal ini kemudian membuat persediaan dolar AS di dalam negeri menjadi semakin tergerus.
Baca juga, Rupiah, Mata Uang Berkinerja Terburuk Kedua di Asia
"Valuta asing yang masuk dari ekspor, itu tidak semua masuk, angkanya hanya 85 persen dari total ekspor, tapi kalau masuk 85 persen dan ditukar ke rupiah, itu tidak jadi masalah, walau masih ada masalah karena masih 15 persen tidak masuk. Sehingga, gejolak yang terjadi saat ini, dari hari ke hari, kami hadapi permintaan dolar AS yang terus naik, tapi ketersediaan dolar AS tidak bisa mengejar itu," kata Darmin.
Dilihat dari indeks kompetisi global dan peringkat bisnis, Indonesia sudah membaik dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Namun, indeks kemampuan kompetisi ini masih di bawah Malaysia dan Thailand.
"Pada 2015, rangking 114, sekarang 72, itu luar biasa. Kita cukup baik untuk bersaing dengan negara di sekitar kita," ujar Darmin.