REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan asumsi nilai tukar (kurs) rupiah pada 2019 berkisar Rp 14.300 hingga 14.700 per dolar AS. Kendati lebih tinggi dari asumsi RAPBN 2019 yang sebesar Rp 14.400 per dolar AS, Perry meyakini tekanan terhadap kurs rupiah pada tahun depan tidak seberat tahun ini.
"Tekanan pada 2019 akan lebih rendah tidak seberat tahun ini," kata Perry dalam rapat kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR dengan Pemerintah dan BI di Jakarta, Selasa (4/9).
Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya dalam rapat Banggar DPR yang sebesar Rp 13.800 hingga 14.100 per dolar AS. Perry memperkirakan, kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tahun ini masih akan terjadi pada September dan Oktober. Artinya, tahun ini suku bunga The Fed akan naik sebanyak empat kali.
Sementara, menurut Perry, The Fed akan lebih sedikit menaikkan suku bunganya yakni hanya tiga kali pada tahun depan. Selain itu, Perry memperkirakan harga komoditas akan bergerak naik pada 2019.
Hal itu kemudian dapat mendukung peningkatan ekspor dan dapat menurunkan defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD).
Sementara, BI memproyeksikan rata-rata nilai tukar rupiah pada 2018 adalah Rp 14.000 hingga 14.300 per dolar AS. Saat ini, rata-rata nilai tukar rupiah dari Januari hingga Agustus 2018 adalah sebesar Rp 13.944 per dolar AS.