REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namibia menjajaki kerjasama pertanian dengan Indonesia. Hal itu dilakukan sebelum Presiden Namibia Hage Gottfried Geingob bertolak kembali ke negaranya, Ahad (1/9).
Hage membawa beberapa delegasi termasuk menteri yang membidangi pertanian menekankan kemampuan Indonesia karena mampu menjaga ketersediaan pangan dalam negeri untuk memenuhi konsumsi masyarakat
Indonesia dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa mampu swasembada dengan produk pertanian dalam negeri. Sementara Namibia yang berpenduduk dua juta jiwa masih impor dari negara lain.
Apalagi Indonesia mampu swasembada beras dan mengekspor jagung dengan sistem pengairan di area persawahan yang baik tanpa terpengaruh musim. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, ada beberapa kerjasama yang akan ditindaklanjuti khususnya di bidang petanian.
"Kita juga membangun kerjasama ke depan, yaitu bagaimana merubah lahan kering itu menjadi produktif, bagaimana mengangkat planting indeksnya dari satu menjadi dua kali, dari dua menjadi tiga kali," ujarnya saat melepas kepergian kembali ke negaranya dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta (1/9). Menurutnya, Presiden Namibia itu tertarik dengan pengembangan lahan kering di Indonesia.
Amran melanjutkan, pemanfaatan teknologi pada lahan kering di Indonesia sudah melalui tahap yang komprehensif dan berkelanjutan.
"Sekarang kita membangun rain water harvesting technology, embung, sumur dalam, sumur dangkal kemudian small dam, mekanisasi pertanian dan bibit berkualitas," katanya.
Terkait bibit berkualitas, Amran akan menawarkan kepada Namibia untuk menggunakan bibit jagung dari Indonesia. Sebagai perbandingan, jagung yang ada Namibia memiliki produktivitas di angka tiga hingga empat ton per hektare sedangkan produktivitas bibit asal Indonesia sudah ada yang mampu mencapai 10 ton per hektare.
"Jagung kita sudah ada yang mencapai 10 ton, namanya NASA (Nakula Sadewa), mekanisasi dan teknologi pertanian nanti kita juga sharing, Insyaallah sinergi kita segera dengan mereka," kata Amran.