REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendorong ekspor jasa konstruksi. Meksi begitu, tak ada target yang ditetapkan untuk tahun 2018 ini.
"Tidak ada target khusus, karena ini bergantung pasar," kata Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin, Jumat (31/8).
Tengah pekan ini, PT Wijaya Karya (WIKA) akan melakukan ekspor jasa konstruksi ke Namibia. Dalam hal manajerial, WIKA memiliki standar operasi yang bagus, baik dari segi keamanan maupun kualitas, karena salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia.
Baca juga, Kementerian PUPR Segera Rehabilitasi Rumah Korban Gempa NTB
Pada September, WIKA akan mengirim tim ke Namibia untuk menindaklanjuti pertemuan mendetailkan proyek-proyek infrastruktur yang ditawarkan oleh negara tersebut. "Belum tahu mau kerjain apa yang pasti. Bisa saja lapangan terbang karena mereka siapkan lapangan terbang untuk investasi," katanya.
Selain negara di benua Afrika ini diakui Syarif belum ada negara lain yang menjajaki kerja sama serupa. Sementara Menteri PUPR Basuki Hadimuljono tengah menjajaki Spanyol sebagai negara tujuan ekspor jasa konstruksi selanjutnya.
Selain WIKA, BUMN lain yang telah mengerjakan proyek di luar negeri di antaranya PT Waskita Karya, PT PP, PT Brantas Abipraya, PT Hutama Karya dan PT Adhi Karya. Jumlah ekspor jasa konstruksi Indonesia pada Agustus 2017 tercatat sebesar Rp 568,4 miliar atau meningkat dibanding ekspor 2016 sebesar Rp 282 miliar.