Jumat 31 Aug 2018 05:06 WIB

Pabrik Penggilingan di Cirebon Enggan Pasok Beras ke Bulog

Harga gabah di pasaran lebih tinggi dibanding pembelian pemerintah.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Stok beras Bulog, ilustrasi
Foto: Antara
Stok beras Bulog, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Tingginya harga gabah di tingkat petani saat ini membuat pabrik penggilingan beras di Kabupaten Cirebon enggan memasok beras mereka ke Bulog. Mereka lebih memilih menjualnya langsung ke pasar.

Hal itu seperti yang dilakukan seorang pemilik penggilingan beras di Desa Lemahtamba, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Sadira. Dia mengaku sudah cukup lama tidak memasok lagi beras ke gudang Bulog. ‘‘Saya lupa persisnya sejak kapan. Pokoknya sudah lama,’’ ujar Sadira, Kamis (30/8).

Sadira mengatakan, membeli gabah dari tetangga desanya yang sudah panen. Untuk gabah yang masih basah, dibelinya dengan harga Rp 4.800 per kg. Sedangkan untuk gabah yang sudah kering, dibelinya dengan harga Rp 5.500 per kg.

Harga gabah di tingkat petani itu lebih tinggi dibandingkan harga pembelian yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, Sadira memilih menjual berasnya ke pasaran dengan harga yang juga lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan oleh Bulog.

‘‘Beras itu saya lempar ke pasaran di Jawa Tengah,’’ kata Sadira.

Sadira menyebutkan, harga jual berasnya mencapai Rp 9.000 per kg untuk beras jenis IR. Beras tersebut dijualnya secara murni, tanpa dioplos.

Sadira memperkirakan, harga gabah akan mengalami kenaikan pada akhir tahun ini hingga Januari 2019 mendatang. Pasalnya, dalam rentang waktu tersebut, para petani biasanya mengalami paceklik seiring berakhirnya masa panen raya.

 Kepala Bulog Sub Divre Cirebon, Dedi Apriliyadi, mengungkapkan, saat ini penyerapan Bulog Cirebon sudah semakin berkurang. Biasanya, Bulog Cirebon bisa menyerap 500 ton dalam sehari. Namun saat ini, hanya sekitar 100 ton per hari. ‘’Bahkan pernah tidak sampai 50 ton,’’ tutur Dedi.

Selain puncak panen raya yang mulai berakhir, tingginya harga gabah juga menjadi penyebab semakin sedikitnya penyerapan yang dilakukan Bulog saat ini. Namun meski demikian, Bulog tetap akan melakukan penyerapan gabah dan beras dari petani, di antaranya dengan menyerap beras premium. ‘’Perbandingannya, 95 persen medium dan 5 persen premium,’’ terang Dedi.

Dedi menyebutkan, total penyerapan yang sudah mereka lakukan saat ini mencapai 57,44 persen dari prognosa 110 ribu ton pada tahun ini. Pada tahun lalu, Bulog Cirebon hanya mampu menyerap 71 persen dari prognosa yang ditetapkan.

Dedi menyebutkan, saat ini stok beras Bulog Cirebon mencapai 58.800 ton. Jika berkaca pada distribusi rastra yang sebelumnya mencapai 3.000 ton per bulan, maka jumlah stok itu cukup hingga Desember 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement