Kamis 30 Aug 2018 14:41 WIB

BI Kumpulkan Akademisi untuk Mendukung Perumusan Kebijakan

Tahun ini telah terkumpul 180 tulisan ilmiah dari berbagai akademisi di Tanah Air.

Rep: Satya Festiani/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mendengarkan pertanyaan wartawaan usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (15/8). BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mendengarkan pertanyaan wartawaan usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (15/8). BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bank Indonesia (BI) mengumpulkan akademisi dan ekonom dari Indonesia dan juga internasional untuk menyusun jurnal Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB). Dalam konferensi yang ke-12 ini, BI yang bekerja sama dengan Asia Pacific Applied Economics Association (APAEA) mengangkat tema Menjaga Stabilitas dan Memperkuat Momentum Pertumbuhan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Keuangan Global.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, tema tersebut diangkat karena sesuai dengan kondisi ekonomi global saat ini. "Tema ini adalah hal yang sedang kita alami saat ini dan mungkin dalam beberapa tahun ke depan," ujar Perry ketika membuka BMEB International Conference and Call for Papers di Bali, Kamis (30/8). Tema ini juga sesuai dengan riset yang dilakukan BI.

Perry mengatakan, untuk tahun ini telah terkumpul 180 tulisan ilmiah dari berbagai akademisi di Tanah Air dan internasional. Komite yang terdiri dari BI, APAEA, dan universitas nasional telah memilih 60 tulisan, terdiri dari 36 karya peneliti Indonesia dan 24 karya peneliti internasional, yang akan diterbitkan dalam jurnal BMEB. Hadirnya para akademisi dan penulis dengan kualitas terbaik juga upaya untuk mendorong jurnal BMEB terindeks SCOPUS. Hasil pemikiran para akademisi tersebut juga akan dipakai untuk mendukung perumusan kebijakan BI. 

Perry menekankan, Indonesia dan juga negara-negara berkembang tengah mengalami hambatan. Hal yang pertama adalah ketidakpastian ekonomi global yang hanya bersumber dari AS. Sementara itu, sejumlah negara lain mengalami penurunan pertumbuhan. Artinya, pertumbuhan ekonomi dunia tidak merata. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan diperkirakan sebesar 3,6 persen.

Hal kedua adalah kenaikan suku bunga AS yang diperkirakan terjadi sebanyak empat kali pada tahun ini. Kenaikan selanjutnya diprediksi terjadi pada September dan Desember. Ini menyebabkan adanya penarikan dana dari negara berkembang ke AS dan menekan sejumlah nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Hal ketiga adalah ketegangan perdagangan antara AS dan beberapa negara, seperti Cina, Eropa, Kanada, Turki. "Ketidakpastian ini yang menimbulkan tekanan di berbagai dunia yang terindikasi dengan pembalikan modal asing dan tekanan nilai tukar di berbagai belahan dunia," ujarnya.

Sementara itu, Head of Bank Indonesia Institute Solikin M Juhro mengatakan, BI memiliki visi untuk menjadi bank sentral yang memberikan kontribusi nyata pada ekonomi nasional, termasuk dalam hal riset dan publikasi. "BI ingin bergerak dengan semua univeritas di Indonesia dalam mengembangkan jurnal yang berstandar internasional," ujar Solikin.

Menurutnya, BMEB yang berstandar internasional juga penting untuk menambah harum nama Indonesia di dunia internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement