REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bank Indonesia (BI) memprediksikan defisit transaksi berjalan pada 2019 dapat ditekan ke angka 2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Untuk tahun ini, defisit diperkirakan sebesar 2,5 persen. Angka tersebut dapat dicapai karena adanya inisiatif dari pemerintah berupa penerapan B20 dan menggenjot pariwisata.
Menurut data BI, defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018 mencapai 3 persen atau sebesar 8 miliar dolar AS. Defisit tersebut juga lebih tinggi dari kuartal I 2018 yang sebesar 2,6 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan penerapan kebijakan B20 yang akan diimplementasikan pada 1 September 2018, penggunaan biodiesel akan semakin banyak sehingga dapat menurunkan impor minyak. “Taksirannya impor minyak dari September hingga Desember dapat turun 2,2 miliar dolar AS,” ujar Perry dalam konferensi pers 12th Bulletin of Monetary Economics and Banking di Bali, Kamis (30/8).
Sementara itu, untuk tahun depan penurunan impor diprediksikan sebesar 6 miliar dolar AS. Penerapan kebijakan tersebut juga diprediksi akan meningkatkan penerimaan devisa. “Kalau CPO semakin banyak digunakan untuk biodiesel, harga minyak sawit naik. Indonesia kan termasuk pemasok terbesar kelapa sawit jadi harga kelapa sawit akan naik. Jadi ekspornya juga akan naik,” ujarnya. Perry memperkirakan kenaikan ekspor kelapa sawit sebesar 4-5 miliar dolar AS.
Cara lain yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan yaitu dengan menggenjot pariwisata. Salah satunya menargetkan tahun depan wisatawan mancanegara akan mengalami kenaikan sebesar 3,3 juta orang sehingga mencapai 20 juta orang.
Angka tersebut akan menghasilkan devisa sebesar 17,6 miliar dolar AS atau naik sebesar 3-4 miliar dolar AS. “Untuk tahun 2024 diharapkan minimal 25 juta wisataman mancanegara dengan target devisa 28,5 miliar dolar AS,” ujarnya.