REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pertamina Retail, Mas'ud Khamid menjelaskan dari Januari hingga Juli 2018 ini Pertamina menyerap 900 juta Kiloliter Biodiesel. Sebanyak 900 juta kiloliter ini terbagi atas 400 juta kiloliter untuk Biosolar subsidi dan 500 juta kiloliter untuk Biosolar non subsidi.
Mas'ud menjelaskan alokasi 900 juta kiloliter ini didistribusikan oleh Pertamina di 60 terminal blending yang dimiliki oleh Pertamina. Padahal, Pertamina setidaknya memiliki 115 terminal Blending.
"Sebanyak 52 nya lagi sedang kami siapkan. Kemarin tidak optimal karena pasokan Fame dari Badan Usaha juga tersendat," ujar Mas'ud di Komisi VII DPR RI, Selasa (28/8).
Mas'ud menjelaskan harapannya dengan adanya Perpres yang dikeluarkan pemerintah terkait percepatan dan perluasan penggunaan Biodiesel bisa meningkatkan kembali konsumsi Biodiesel ini. Mas'ud menjelaskan dengan peningkatan ini maka Pertamina juga bisa menekan angka impor solar.
"Harapannya konsumsinya jadi tambah, tapi impor kita disatu sisi juga bisa ditekan," ujar Mas'ud.
Sebelumnya, Plt Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan besaran yang akan disalurkan oleh Pertamina bergantung dari berapa besar kebutuhan dari konsumsi transportasi dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Kami pokoknya siap, kalau PLN dan konsumsi publik besar, ya, kami juga akan pasok besar," ujar Nicke di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (23/8).
Nicke menjelaskan ada 115 tanki Pertamina yang siap menjadi tempat blending solar dengan Fame. Nantinya, tanki tersebut akan memproduksi Biodiesel. "Ada 115 tanki itu kan," ujar Nicke.