Selasa 28 Aug 2018 16:51 WIB

Genjot Devisa Pariwisata, Indonesia Ingin Kejar Thailand

Untuk menggenjot devisa, pemerintah telah menetapkan 4 destinasi super prioritas

Acara media briefing Rakor Pemerintah Pusat, Daerah dan Bank Indonesia (BI) dalam Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas di Yogyakarta, Selasa (28/8).
Foto: Nidia Zuraya/Republika
Acara media briefing Rakor Pemerintah Pusat, Daerah dan Bank Indonesia (BI) dalam Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas di Yogyakarta, Selasa (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah terus berupa menekan angka defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Salah satu upaya yang ditempuh untuk menekan CAD adalah dengan menggenjot penerimaan devisa di sektor pariwisata.

Untuk menggenjot penerimaan devisa pariwisata, pemerintah telah menetapkan empat destinasi wisata sebagai program super prioritas pariwisata Indonesia. Empat destinasi wisata super prioritas yang dikenal sebagai 4 Bali Baru ini adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.

Pemilihan empat destinasi wisata ini, ungkap Ketua Tim Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S Thaib, berdasarkan kriteria kesiapan, biaya yang murah, mudah dan cepat dikembangkan. "Seperti KEK Mandalika sudah hampir 90 persen tahap pengembangannya," kata Hiramsyah saat briefing media dalam rangka Rakor Pemerintah Pusat, Daerah dan Bank Indonesia (BI) dalam Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas di Yogyakarta, Selasa (28/8).

Berdasarkan kriteria ini, menurut Hiramsyah, diharapkan keempat destinasi super prioritas tersebut diharapkan bisa secepatnya memberikan kontribusi terhadap peningkatan penerimaan devisa dari sektor pariwisata. "Sehingga Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dari Thailand dalam hal penerimaan devisa pariwisata," ujarnya.

Direktur Eksekutif dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Aida Budiman menambahkan, Thailand berhasil mengatasi defisit transaksi berjalan dengan devisa sektor pariwisata. Menurutnya, jika dibandingkan dengan Thailand, posisi current account balance Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih jauh.

Pada 2017, ungkap Aida, posisi current account balance Indonesia defisit sebesar 17,53 miliar dolar AS atau 1,7 persen dari PDB. Sementara di tahun yang sama, posisi current account balance Thailand surplus 48,1 miliar dolar AS atau 10,57 persen dari PDB.

"Kita bisa mengejar ketertinggalan dari Thailand mungkin 5 atau 10 tahun. Itu semua butuh upaya yang terus menerus melalui reformasi struktural dan sinergi antarlembaga," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement